Bisnis.com, SURABAYA – PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka pada semester II ini akan terus menjajaki pasar-pasar ekspor potensial yang memiliki kekayaan tambang seperti Afrika.
Direktur Utama Inka, Budi Noviantoro mengatakan saat ini pasar di Afrika cukup potensial mengingat kebutuhan kereta di sana cukup tinggi. Hanya saja, pasar di Afrika tersebut memiliki kendala finansial sehingga dibutuhkan kerja sama konsesi dengan sejumlah BUMN di Indonesia termasuk Eximbank Indonesia selaku lembaga pembiayaan.
“Pasar-pasar tradisional di Afrika seperti Botswana, Madagascar dan Zimbabwe cukup potensial, jadi kita akan kesana. Kami akan fokus masuk ke daerah-daerah yang punya tambang,” jelasnya di sela-sela pengiriman kereta tipe MG (meter gauge) pesanan Bangladesh, Selasa (23/7/2019).
Dia menjelaskan, negara yang memiliki tambang tersebut akan diajak kerja sama dengan BUMN seperti Inka, Exim, dan PT Timah. BUMN nantinya akan ikut mengelola tambang sehingga hasilnya bisa digunakan untuk membeli kereta Inka.
“Mereka (Afrika) kebetulan butuh (kereta) tapi uangnya enggak ada, nanti teman-teman (BUMN) akan dapat konsesi tambang, seperti kemarin Bu Menteri BUMN minta kepada perdana menterinya agar PT Timah dikasi konsesi untuk mengelola tambang di Laos, dapat duit nanti untuk membiayai kereta api,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, dalam waktu dekat Inka akan kedatangan tamu dari Malaysia dan Pakistan serta berencana ke Laos. Bahkan Inka juga telah menjajaki pasar kereta penumpang di Sri Lanka yang potensi nilai kontraknya mencapai US$50 juta.
Baca Juga
“Kebutuhan kereta penumpang di Sri Lanka tinggi, dan sebetulnya kami sudah mulai masuk tapi karena situasi tidak kondusif, ada gonjang-ganjing perdana menterinya dan juga ada bom, maka belum masuk lagi ke sana,” jelasnya.
Adapun untuk pasar ekspor, tahun ini Inka sedang memproduksi 250 kereta pesanan Bangladesh yang berhasil didapatkan pada tahun lalu dengan nilai kontrak US$100,8 juta. Pada awal tahun telah mengekspor 50 unit tipe BG (broad gauge) ke Bangladesh.
Pada semester II ini, Inka akan mengejar produksi 200 unit kereta tipe MG untuk dikirimkan ke Bangladesh secara bertahap sampai 9 batch. Batch pertama dikirim sebanyak 26 unit melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pada 23 Juli 2019.
“Target produksi 200 kereta untuk Bangladesh ini sampai tahun depan, tapi diharapkan sampai akhir tahun ini sudah selesai pengiriman 9 batch,” imbuh Budi.
Budi mengatakan pengembangan pasar ekspor ini juga sejalan dengan rencana pembangunan pabrik kereta di Banyuwangi yang saat ini progresnya sudah mencapai 20% dengan target beroperasi pada 2020. Pabrik di Banyuwangi ini difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor.
Sementara di pasar domestik, Inka sedang menyelesaikan produksi 438 kereta pesanan PT KAI (Persero) yang sampai saat ini telah terkirim 288 kereta. Produk pesanan KAI tersebut adalah 31 trainset Light Rail Transit (LRT) yang masing-masing trainset terdapat 6 kereta.