Bisnis.com, SURABAYA — Colliers International menyebutkan ada tiga hal yang masih menjadi tantangan dalam pertumbuhan pasar perkantoran di Surabaya.
Tiga tantangan tersebut di antaranya adalah masyarakat Surabaya yang lebih menyukai rumah toko (ruko) untuk usaha dibandingkan gedung perkantoran, dan perusahaan besar dengan kondisi keuangan yang kuat cenderung memilih membangun gedung kantor sendiri.
"Faktor yang ketiga adalah karena pertumbuhan ekonomi yang masih cenderung lemah yang menyebabkan perusahaan menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha termasuk ke Surabaya," ujar Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers International seperti dikutip dalam hasil survei properti, Rabu (30/1/2019).
Menurut Ferry, untuk menggairahkan pasar perkantoran, pemilik properti diharapkan lebih aktif memasarkan gedung kantor mereka, terutama kepada penyewa besar di Jakarta yang berencana mengembangkan usaha ke luar Jakarta.
"Dan pemilik gedung juga cenderung memberikan potongan harga sewa yang bersaing apalagi dengan adanya pasok besar dalam 3 tahun ke depan," imbuhnya.
Adapun pasokan ruang perkantoran yang bakal mengisi pasar Surabaya dalam tahun ini seperti proyek Praxis seluas 12.000 m2, Spazio Tower 20.000 m2, Voza Office 18.607 m2, dan Pakuwon Tower 39.740 m2.
Dalam survei Colliers, rata-rata penambahan pasok ruang kantor per tahun (2019– 2021) sekitar 80,000 m2 yakni 4 kali lebih besar dibandingkan tingkat serapan, sehingga tingkat hunian kantor akan tergerus sampai 2021.
Akibatnya, beberapa pemilik properti mulai menurunkan harga sewa untuk mendorong kinerja tingkat hunian. Mengingat harga jual gedung kantor sudah cenderung tinggi, yakni Rp30 juta– Rp40 juta/m2.
"Tambahan pasok kantor akan memengaruhi harga sewa dan akan cenderung turun," imbuhnya.