Bisnis.com, SURABAYA – PT Kalbe Farma Tbk. memperkirakan pertumbuhan industri farmasi tahun ini bisa mencapai 5% sampai 7% sejalan dengan tingkat kebutuhan masyarakat.
Presiden Direktur Kalbe Vidjongtius mengatakan pertumbuhan industri farmasi yang merupakan barang konsumsi akan seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan obat masih positif karena memang kebutuhan dasar masyarakat. Namun ada tantangan impor karena rupiah melemah, ini yang harus dihadapi," katanya seusai peresmian Laboratorium Kultur Jaringan di Ubaya, Rabu (18/7/2018).
Dia mengatakan bahan baku obat Kalbe sendiri selama ini masih sebanyak 90%. Dengan kondisi rupiah yang melemah otomatis biaya produksi menjadi tinggi.
"Untuk itu Kalbe sendiri berupaya melakukan penelitian setiap tahun. Kami investasi sekitar Rp200 miliar- Rp300 miliar per tahun untuk penelitian," katanya.
Vidjongtius menambahkan di tengah tingginya nilai tukar dolar, menjadi kesempatan industri untuk melakukan ekspor. Kalbe sendiri melakukan ekspor sekitar 5%-6% dari total produksi.
"Kita biasanya ekspor produk ke sejumlah negara-negara Asean," imbuhnya.