Bisnis.com, JAKARTA—Meningkatnya popularitas wisata kapal pesiar di tanah air diharapkan dapat menjadi sumber kontribusi baru untuk mendatangkan wisatawan mancanegara guna mencapai target pemerintah sebanyak 17 juta wisman tahun ini.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar I Gde Pitana mengakui, wisata kapal pesiar di Indonesia masih belum bisa dikembangkan secara maksimal karena keterbatasan infrastruktur dermaga. Padahal, sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi pengembangan wisata bahari yang melimpah.
“Persentase untuk wisman dari cruise masih kecil, paling 5% karena hampir 84% wisatawan kita kasih datang melalui udara,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (13/03) malam.
Dia mengatakan, wisatawan mancanegara yang datang melalui laut atau kapal termasuk kapal pesiar umumnya berasal dari Singapura, dan berlayar melalui Kepulauan Riau. Sementara kontribusi kedua merupakan wisman asal Australia yang berlayar dari Darwin dan Perth.
Menurutnya, kebijakan penghapusan asas cabotage bagi kapal pesiar berbendera asing di lima pelabuhan besar Pelabuhan Sabang (Aceh), Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Teluk Bayur (Padang), Pelabuhan Nongsa Point Marina (Batam), Pelabuhan Bandar Telani Bintan (Tanjung Pandan) dan Pelabuhan Sunda Kelapa dan Marina Ancol (Jakarta) juga berefek positif.
Data Cruise Management Consulting mencatat, kebijakan ini telah menaikkan cruise call 27% dari 357 pada 2016 menjadi 455 pada 2017.
Oleh karena itu, dia mengaku pemerintah juga tengah berupaya untuk mengembangkan wisata bahari termasuk kapal pesiar. Sejauh ini, dia menilai sudah ada beberapa perusahaan asal Amerika Serikat tertarik untuk membuat paket wisata kapal pesiar menuju Tanjung Benoa Bali.
Namun, investor tersebut masih menunggu selesainya pengerukan dan pelebaran area dermaga di kawasan tersebut, yang diperkirakan selesai pada Agustus tahun ini, menjelang pelaksanaan acara pertemuan IMF-World Bank di Bali.
“Baru saja minggu lalu datang dari Miami Sea Trade yang terdiri dari berbagai perusahaan cruise besar tertarik dengan catatan kalau memang di Benoa itu sudah bisa [kapal pesiar] masuk dan berputar,” ujarnya.
Dia menambahkan, pemerintah juga siap untuk mengembangkan destinasi wisata kapal pesiar lain di Indonesia Timur. Namun untuk itu, pihaknya masih menunggu selesainya pembangunan pelabuhan baru dan pemberian perizinan dari Kementerian Perhubungan.
Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Djunaedy mengatakan, wisata kapal pesiar sangat potensial untuk dikembangkan. Dia menyebut saat ini paket wisata kapal pesiar dengan rute Singapura—Malaysia—Indonesia melalui Surabaya dan Bali sangat dinikmati. Namun untuk mengembangkan wisata kapal pesiar, dia menilai konsistensi pemerintah memegang peranan yang sangat penting.
“Kontinuitas menjalankan satu teori itu sangat penting. Kita dari dulu berusaha membuat di dalam negeri ini ditawarkan konsep fly and cruise untuk mendatangkan wisatawan,” ujarnya.
Dia menyebut, salah satunya adalah paket wisata kapal pesiar Genting Cruise, yang memiliki kapasitas angkut mencapai 6.000 orang, terdiri dari 4.000 orang wisatawan dan kru 2.000 orang. Selain Surabaya dan Bali, dia menilai Indonesia masih memiliki banyak destinasi wisata kapal pesiar yang dapat dikembangkan. Namun untuk itu diperlukan infrastruktur pelabuhan dan dermaga yang memadai untuk wisata kapal pesiar yang merupakan wisata kelas menengah atas.