Bisnis.com, JAKARTA – Harga rata-rata beras medium masih Rp11.268 per kg, belum menyentuh harga eceran tertinggi sesuai diatur pemerintah yakni Rp9.450 per kg. Padahal panen raya akan berlangsung dan impor beras dari sejumlah negara mulai berdatangan.
Berdasarkan informasi harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang, harga beras medium varietas IR-64 II pada 11 Februari semakin merangkak seharga Rp11.775 per kg. Padahal pada 5 Februari varietas yang sama masih berada di Rp11.325 per kg.
Adapun beras medium dengan varietas IR-64 III tetap stabil dengan harga Rp8.500 per kg. Beras jenis ini hanya dipasok oleh bulog selama mulai terjadi kelangkaan dan kenaikan harga di hampir seluruh Indonesia.
Sesuai Permendag 57 tahun 2017, harga eceran tertinggi beras untuk pulau Jawa, Lampung dan Sumatera Selatan yang ditetapkan yakni Rp9.450 per kg. Artinya harga beras medium saat ini masih jauh di atas harga yang telah ditentukan pemerintah sejak dikeluarkannya beleid tersebut.
Sementara stok beras di PIBC juga mengalami penyusutan. Bahkan kekurangan pasokan tersebut menjadi yang paling sedikit pada Februari sejak 2016. Padahal diprediksi beras hasil panen raya akan tiba dalam beberapa pekan ke depan dan bakal memenuhi stok di gudang PIBC 30.000 hingga 50.000 ton.
Stok akhir seluruh jenis beras di PIBC mulai menyusut. Hingga 10 Februari stok akhir ditambah jumlah pemasokkan hari yang sama yakni 2.728 ton hanya tersisa 21.637 ton. Padahal satu hari sebelumnya stok sebesar 23.299 ton dengan jumlah pemasukan barang 5.541 ton.
Guru Besar Institute Pertanian Bogor sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan kenaikan harga disebabkan kondisi beras dalam negeri masih dalam kelangkaan. Semetara panen yang diamati di sejumlah daerah baru mencukupi kebutuhan di daerah masing-masing, sehingga belum mampu memasok ke daerah yang sedang devisit.
Selain itu, sejumlah daerah masih mengalami panen gabah, sehingga masih membutuhkan waktu yang cukup panjang agar menjadi beras dan disalurkan ke daerah konsumsi. Pihaknya bahkan memprediksi kenaikan harga ini akan terus terjadi sampai Maret.
“Kalau gabah ke beras kan perlu waktu. Waktunya kalau dari wilayah wilayah produsen ke daerah konsumen bisa sampai satu bulan [distribusinya],” kata Dwi saat dihubungi Bisnis, Minggu (11/2/2018).
Menurutnya, berdasarkan hasil pantauan sejak dua minggu terakhir, wilayah di Jawa Barat hingga Jawa Timur masih mengalami panen sekitar 20%. Saat ini diperkirakan panen semakin tersebar mencapai 30%. Sementara di pantai utara Jawa seperti Demak, dan Pati, panen yang terjadi sudah 60%.
Namun panen tersebut masih terjadi di beberapa wilayah yang sudah menanam padi sejak Oktober, sehingga hasil sudah bisa diterima pada Februari. Adapun panen raya yang digadang-gadang bakal menstabilkan harga beras tersebut yakni manen raya dimulai pada Maret hingga pertengahan April. Hal ini akibat kebanyakan wilayah menanam pada November – Desember.
“Kemungkinan hasil panen tahun ini sama dengan tahun 2017, selama beberapa hal dapat diantisipasi dengan baik. Ya sudah barang tentu yang harus diantisipasi serangan hama,” paparnya.