Bisnis.com, JAKARTA—Perusahaan agritech, Karapan, menargetkan mampu memperluas jangkauan pengiriman daging sapi ke luar Jawa mulai tahun ini.
Co-Founder sekaligus CEO Karapan, Badrut Tamam Hikmawan, menyatakan area jangkauan distribusi dan mitra peternak pada tahun lalu masih terbatas untuk pemesanan di area Pulau Jawa .
“Tahun ini kita terus perbanyak kolaborasi dan kerjasama dengan lebih banyak mitra peternak dan rumah potong modern di berbagai daerah,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.
Karapan merupakan startup penyedia solusi end-to-end bagi bisnis peternakan sapi. Bukan hanya bertindak sebagai marketplace penjualan sapi dan daging sapi, platform itu menghadirkan berbagai layanan lain. Seperti misalnya software yang dapat membantu mitra mengelola ternak dan menghubungkan peternak dengan investor bisnis peternakan sapi.
“Kalau dilihat sekilas mirip B2B marketplace, tapi sebenarnya jauh lebih dari itu. Karapan itu solusi end-to-end, karena bahkan sampai menjangkau fungsi quality control daging sapi,” ujarnya.
Platform itu kini menggandeng kemitraan dengan lebih dari 200 mitra dari puluhan kelompok ternak yang terpusat di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sepanjang tahun lalu platform itu sudah mendistribusikan sebanyak 400 sapi ke berbagai daerah di pulau Jawa.
“Targetnya tahun ini minimal bisa distribusikan 2.000 sapi. Mudah-mudahan sudah bisa melayani order yang nyebrang kapal,” ujarnya.
Tamam menginisiasi pembentukan platform Karapan yang berbasis di Jawa Timur sejak tahun lalu. Begitu berlapisnya rantai pasok penjualan daging sapi di dalam negeri menjadi motivasi pendorong baginya untuk membangun portal marketplace Karapan.
Terlebih, menurutnya saat ini terdapat kecenderungan konsumen lokal lebih banyak memilih membeli daging impor ketimbang kelolaan kelompok peternak lokal. Akibatnya sapi kelolaan ternak lokal tak menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.
Hanya saja, Tamam baru menyadari tidak terserapnya produk peternak lokal juga disebabkan oleh rendahnya kualitas pemotongan dan karantina daging lokal.
Produk ternak sebagian besar rumah pemotongan cenderung dinilai peritel kurang higienis. Alhasil, peternak tidak memperoleh harga penjualan yang sesuai meski harga daging di tingkat peritel tetap tinggi.
“Itu alasan saya membangun Karapan, supaya peternak lokal bisa menjual dengan harga terbaik. Peternak lokal juga mesti bisa didorong punya branding terhadap produk daging premiumnya, minimal bisa populer seperti daging Wagyu di Jepang,” ujarnya.
Platformnya menghubungkan sapi kelolaan kelompok ternak dengan rumah pemotongan modern sebelum didistribusikan kepada pemesan. Sebagai gantinya, Karapan memonetisasi potongan sebesar 1%—5% dari tiap transaksi yang terjadi. Total transaksi yang terjadi di dalam platform itu sepanjang tahun lalu sudah menembus angka Rp3,2 miliar.