Bisnis.com, JAKARTA—Petambak garam mengkhawatirkan produksi mereka tahun ini tidak terserap pasar jika rencana impor garam untuk industri 3,7 juta ton direalisasikan. Akibatnya, harga garam di tingkat petani bisa jatuh.
Ketua Asosiasi Petambak Garam Rakyat Indonesia (APGRI) Jakfar Sodikin mengatakan keputusan impor bahan baku garam industri 3,7 juta ton mengabaikan data stok awal 2018 dan estimasi produksi garam nasional tahun ini.
Berdasarkan neraca garam 2018, stok awal tahun 349.505 ton dan estimasi produksi tahun ini 1,5 juta ton. Sayangnya, tutur Jakfar, keputusan impor dalam rapat koordinasi lintas kementerian di Kemenko Perekonomian, Jumat (19/1/2018), hanya mempertimbangkan faktor kebutuhan industri.
"Karena tidak memperhitungkan stok dan produksi, berarti ada yang tidak terbeli oleh pasar. Harga sudah pasti jatuh. Nasib petani bagaimana?" katanya saat dihubungi, Selasa (23/1/2018).
Dalam catatan APGRI, impor garam bahan baku industri 3,7 juta ton adalah yang terbesar setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Keputusan itu bertambah ganjil karena tahun lalu tidak terjadi gagal panen. Produksi garam rakyat yang direkam pemerintah 916.900 ton meskipun APGRI mencatat angka sesungguhnya lebih besar.
Indonesia pernah mengimpor garam dalam jumlah besar pada 2011 sebanyak 2,8 juta ton karena gagal panen 2010. Impor pun sempat mencapai 2,3 juta ton pada 2017, juga karena gagal panen 2016.