Bisnis.com, MADIUN—PT Industri Kereta Api (Inka) kembali mendapat kepercayaan untuk menggarap mega proyek pembuatan kereta Light Rapid Transit (LRT) Jabodetabek dari PT KAI. Tahun sebelumnya, PT Inka juga mendapatkan proyek pembuatan LRT di Palembang.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut B. Pandjaitan, mengatakan saat ini telah ditandatangani kontrak antara PT KAI dan PT Inka untuk kontrak pengadaan LRT Jabodetabek. Proyek pengadaan LRT ini memakan anggaran senilai Rp3,9 triliun.
"Sebelumnya nilai kontrak Rp4,1 triliun. Kemudian didiskon menjadi Rp3,9 triliun," jelas Luhut saat berkunjung di PT Inka di Kota Madiun, Kamis (18/1/2018).
Luhut menyampaikan untuk anggaran proyek ini bersumber dari 30% APBN dan 70% bantuan keuangan dari 12 konsorsium bank. "Bunganya 8,25% [bantuan dana dari konsorsium bank]. Ini bisnis yang bagus. Pemerintah membuat itu. Dengan begitu pembangunan tidak lagi semua APBN," kata dia.
Lebih lanjut, Luhut menyampaikan pembuatan LRT Jabodetabek ini ditarget membutuhkan waktu sekitar 15 bulan. Diperkirakan April 2019, kereta LRT sudah bisa testing dan operasional ditarget Oktober 2019.
Mengenai mega proyek yang diberikan kepada PT Inka ini, dia menegaskan pemerintah pusat telah melakukan penghitungan secara detail dan tidak boleh sampai rugi. Ternyata, tawaran dari PT Inka lebih murah dibandingkan produk impor. Sehingga proyek ini diberikan kepada PT Inka.
Menurut dia, sebenarnya tidak hanya persoalan murah saja. Melainkan ini untuk mendukung produk kereta api dalam negeri yang dibuat PT Inka. Proyek ini diyakini akan membawa efek berganda salah satunya yaitu produk-produk IKM seperti kunci, kaca, yang diproduksi IKM akan terserap.
Menteri Perdagangan Airlangga Hartarto menambahlan proyek pembuatan LRT ini diharapkan bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Diharapkan ada penambahan sekitar 50% tenaga kerja baru dari total pekerja PT Inka yang saat ini sebanyak 5.000 orang.