Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Angkasa Pura II Targetkan Pendapatan Tumbuh 20% pada 2018

Tahun 2018, kami juga akan mengoperasikan bandara internasional Kertajati, Jawa Barat, mengelola Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya dan Bandara Notohadinegoro, Jember.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, JAKARTA—PT Angkasa Pura (AP) II Persero menargetkan pendapatan pada tahun 2018 sebesar Rp9,2 triliun, tumbuh sekitar 20 persen dibanding tahun 2017 yang diproyeksikan mencapai Rp7,66 triliun.

"Pertumbuhan pendapatan pada tahun 2018 didorong terutama dari melonjaknya porsi pendapatan dari jasa komersial (non-aero) menjadi sekitar 45 persen, dari sebelumnya kurang dari 40 persen," kata Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (10/1/2018).

Menurut Awaluddin, pada tahun 2018 AP II fokus pada pengembangan layanan di 14 bandara yang dikelolanya.

"Tahun 2018, kami juga akan mengoperasikan bandara internasional Kertajati, Jawa Barat, mengelola Bandara Tjilik Riwut, Palangka Raya dan Bandara Notohadinegoro, Jember," ucapnya, menegaskan.

Ia menjelaskan, pada tahun 2018 AP II lebih agresif menggenjot bisnis aero dan non-aero melalui program "Airport Growth Faster" ditandai sejak 2017 yang telah menjalankan digitalisasi infrastruktur bandara.

"Kami konsiten mengembangkan fasilitas layanan di seluruh bandara AP II, sehingga mampu mencapai target jumlah penumpang pada tahun 2018 menembus 108 juta penumpang, meningkat dari realisasi tahun 2017 sekitar 100 juta penumpang," ujarnya.

Untuk memenuhi target-target 2018 tersebut, AP II mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) untuk investasi sekitar Rp18,7 triliun, termasuk di antaranya Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp3,5 triliun.

"Alokasi investasi terbesar untuk pengembangan uaha dan pengembangan bandara baru," ujarnya.

Dijelaskan, perseroan terus menggenjot kinerja seluruh bandara sehingga tidak ada lagi yang mengalami defisit.

"Kita tidak menyebut bandara merugi, tapi yang kita lakukan adalah mengubah komposisi biaya yg sebelumnya masuk kategori 'sunk cost' kemudian digeser menjadi biaya produktif," tuturnya.

Karena itu tambah Awaluddin, pihaknya harus mampu melayanai maskapai dan layanan penumpang, karena dari sisi alat produksinya sudah sangat siap.

"Optimalisasi dengan transformasi biaya dengan digenjot untuk meningkatkan laba di sejumlah bandara, seperti Banda Aceh, Tanjung Pinang dan Bandara Silangit," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Writer
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper