Bisnis.com, JAKARTA--Industri baja Indonesia masih menjanjikan bagi investor melihat kebutuhan dalam negeri yang masih besar.
Kementerian Perindustrian mencatat pada tahun lalu kebutuhan baja nasional sebesar 12,94 juta ton. Produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 6,79 juta ton, sisanya berasal dari luar negeri.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan proyeksi rerata pertumbuhan kebutuhan baja domestik sebesar 8,3% selama 2016 hingga 2021 menjadi peluang bagi para investor.
"Investasi industri baja Indonesia masih menjanjikan, apalagi pemerintah sedang fokus dalam pembangunan infrastruktur," ujarnya di Jakarta, Selasa (12/9/2017).
Putu menuturkan pemerintah mengalokasikan Rp455 triliun untuk pembangunan infrastruktur pada tahun depan atau naik 17,36% dari alokasi tahun ini. Sektor konstruksi mendominasi konsumsi baja nasional sebesar 78% dari total konsumsi, diikuti sektor otomotif sebesar 8%, sektor migas sebesar 7%, dan sisanya oleh industri lainnya.
Saat ini, Indonesia menjadi pengimpor baja nomor empat di dunia. Lebih jauh, Putu menuturkan kunci utama kemajuan industri baja adalah peningkatan kapasitas produksi, pengembangan teknologi, dan investasi baru.
"Kemenperin mendorong investasi industri baja dengan nilai tambah yang tinggi, terutama untuk sektor konstruksi," katanya.
Dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN), pemerintah menargetkan kapasitas produksi crude steel nasional mencapai 12 juta ton per tahun pada 2019 yang kemudian meningkat menjadi 17 juta ton per tahun pada 2024. Pada 2035 kapasitas produksi ditargetkan sebesar 25 juta ton per tahun.