Bisnis.com, BANYUWANGI – Perluasan pelataran pesawat atau apron di Bandar Udara Blimbingsari memerlukan investasi Rp100 miliar dan ditargetkan dimulai tahun ini.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan dana investasi tersebut akan dikucurkan Angkasa Pura (AP) II yang kini menjadi pengelola Bandara Blimbingsari. “Semua dari AP II dananya, dan harapannya mulai dilakukan tahun ini,” jelasnya di Banyuwangi, Kamis (7/9/2017) malam.
Perluasan apron tersebut, kata Anas, diharapkan bisa mendukung pengembangan kapasitas ekonomi daerah, utamanya di bidang pariwisata. Terlebih per Jumat (8/9) Garuda Indonesia dengan nomer penerbangan GA 264 resmi melayani rute Jakarta-Banyuwangi.
Penerbangan langsung dari Jakarta tersebut memperkuat penerbangan yang sudah eksisting, baik dari Bandar Udara Juanda, Surabaya maupun Jakarta. “Jadi sekarang sangat mungkin pagi wisata di Banyuwangi sedangkan siang berada di Jakarta,” ujarnya.
Selain memacu kunjungan wisatawan, perluasan pelataran pesawat di Bandar Udara Blimbingsari juga bisa memperkuat fungsi Bandara Ngurah Rai Bali. Sehingga ketika ada konferensi internasional di Bali maka private jet dan pesawat lain bisa parkir di Banyuwangi.
Kereta Gantung
Sementara dalam perkembangan lain, guna memperkuat daya tarik berbasis wisata alam, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga segera mengembangkan kereta gantung di Gunung Ijen. Investor asal Swiss berkomitmen mengucurkan dana Rp300 miliar dalam proyek tersebut.
“Sekarang tinggal menunggu izin tapak, teknisnya banyak, semua sudah sepakat. Intinya tinggal sebentar lagi bisa direalisasi,” ungkapnya.
Bila pengembangan bandara dipacu, ada kereta gantung di Gunung Ijen, Anas meyakini kunjungan wisatawan ke kabupaten — yang kini menawarkan 72 agenda wisata terjadwal — ini semakin pesat. Terlebih salah satu agenda internasional balap sepeda Tour de Ijen rutin digelar sejak 2012.
Merujuk data Badan Pusat Statistik wisatawan asing yang menginap di kota ini pada 2016 sebanyak 64.102 orang atau tumbuh 7,5% dibandingkan dengan 2015 sebanyak 59.597 orang. Adapun wisatawan domestik pada 2016 sebanyak 551.512 orang atau tumbuh 2% dari tahun sebelumnya sebanyak 540.669 orang.
Perkembangan juga tercermin dari data Produk Domestik Bruto harga konstan (2010) yang menunjukkan pertumbuhan lapangan usaha terkait dengan pariwisata. Penyediaan akomodasi makanan dan minuman bisa tumbuh 10,3% pada 2014, lalu 11,07% pada 2015 dan 9,5%.
Anas menegaskan meski pariwisata tumbuh cepat, namun pemerintah tetap mengontrol izin sarana penunjang seperti hotel. Pemerintah setempat hanya mengizinkan hotel berbintang tiga ke atas dan jumlahnya pun dibatasi.
Kebijakan ini guna menjaga okupansi dan keberlanjutan bisnis. “Bila ada hotel kosong dan diperbincangkan secara nasional itu menjadi kampanye buruk bagi kami. Maka kami ingin menjaga agar pertumbuhan wisata dan sarana penunjangnya seiring,” tegasnya.