Bisnis.com, JAKARTA - PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) membidik kenaikan penjualan pakan ternak unggas sekitar 7%-8% pada 2017, mengikuti rata-rata pertumbuhan industri unggas setiap tahun.
Presiden Direktur Charoen Pokphand Indonesia Tjiu Thomas Effendy menyampaikan, rata-rata pertumbuhan industri unggas sekitar 7%-8% setiap tahun. Untuk itu, Charoen Pokphand menargetkan dapat mengejar kenaikan penjualan pakan ternak minimal pada angka yang sama.
Pola kemitraan inti plasma otomatis dapat memacu target pertumbuhan. Apalagi, plasma mampu menyerap 40% dari produksi pakan ternak, sementara sisanya untuk pasar eksternal.
Charoen Pokphand sebagai inti dan peternak sebagai plasma dinilai menjadi sinergi yang positif. Dalam kemitraan ini, Charoen Pokphand menyediakan sapronak (sarana produksi ternak) berupa bibit anak ayam (DOC), pakan dan obat-obatan.
Selain itu, ada bimbingan teknis kepada peternak seperti pemilihan lokasi peternakan, konstruksi bangunan kandang, kebutuhan peralatan kandang dan manajemen pemeliharaan.
Charoen Pokphand juga membantu pemasaran hasil produksi yang saling menguntungkan. Dengan demikian, peternak dapat terlindungi dari fluktuasi harga, sehingga pendapatan peternak lebih terjamin.
"Ini adalah metode kemitraan untuk membantu meningkatkan UMKM," tutur Thomas di sela-sela menerima penghargaan dari Universitas Sebelas Maret pada Jumat (14/7/2017).
Dalam kegiatan 6th UND SME's Summit & Awards 2017 itu, Charoen Pokphand meraih penghargaan sebagai perusahaan swasta peternakan dan perikanan pelaksana CSR pengembang umkm terbaik.
Hingga semester I 2017, pola kemitraan ini telah menggandeng lebih dari 10.000 peternak dengan kepemilikan setiap peternak rata-rata 7.000 - 10.000 ekor ayam.
Thomas mengatakan penambahan populasi ayam broiler di tingkat plasma menjadi fokus pada semester II 2017. Dari kepemilikan 5.000 ekor ayam setiap peternak menjadi 7.500 ekor ayam hingga 10.000 ekor ayam, sehingga mampu meningkatkan pendapatan peternak.
"Kalau konsumsi naik, maka produksi daging ayam harus ditingkatkan. Ketika itu, mungkin kemitraan harus kita tambah," imbuh dia.
Ketersediaan Jagung
Charoen Pokphand kini juga mulai menyusuri area produksi jagung baru untuk memastikan ketersediaan jagung sebagai 50% bahan baku pakan ternak unggas. Apalagi, setelah Kementerian Pertanian melarang impor jagung sejak Juni tahun lalu.
Mereka mulai membidik Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagai areal produksi jagung baru. Kini, mereka tengah mencari lahan seluas 8 ha sampai 10 ha guna membangun silo dan dryer di wilayah tersebut. Meski tak menyebutkan besar investasi dan kapasitas produksi, Thomas menyampaikan infrastruktur pascapanen ini dapat beroperasi paling cepat 2 tahun.
Sementara, survei masih dilakukan di Dompu, Nusa Tenggara Barat, sebagai areal produksi jagung baru, untuk memastikan produksi berlimpah.
Diakuinya, infrastruktur pascapanen masih minim di areal produksi jagung baru seperti Gorontalo dan Dompu. Sementara, kebutuhan jagung paling besar berada di Jawa sebagai sentra pabrik pakan.
Thomas optimis target pertumbuhan 7%-8% dapat tercapai sepanjang bahan baku pakan tersedia. "Ini [silo dan dryer] untuk menyiapkan ketersediaan jagung sesuai dengan kebutuhan kita. Kita bisa mendapatkan jagung dari sumbernya. Sehingga kita akan aman. Dan apa yang kita butuhkan bisa kita siapkan," katanya.
Pakan ternak berkontribusi pada penjualan sebesar 50%, diikuti DOC 38%, olahan ayam 8%, dan lain lain sebesar 4%.