Bisnis.com, MALANG—Dosen Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB) Malang Sukir Maryanto menilai monitoring terhadap gunung api atau volcano di Indonesia masih rendah, padahal potensi geothermal dari gunung api tersebut cukup besar.
"Indonesia belum menyadari potensi tersebut. Dari 123 gunung api (13,3 persen) dari keseluruhan gunung api di dunia, Indonesia menyimpan potensi geothermal sekitar 29 Giga Watt atau 40 persen dari potensi dunia, bahkan 80 persen dari 40 persen itu tersimpan di gunung api (volcano hosted geothermal)," kata Sukir Mulyono di Malang, Jawa Timur, Selasa.
Ia mengatakan Indonesia memiliki jumlah vulkano tertinggi, namun monitoringnya terendah. Sementara Jepang memiliki jumlah vulkano nomor dua di dunia, tetapi monitoringnya tertinggi di dunia dengan kesadaran dan pemahaman bencana telah diajarkan sejak TK.
Selain monitoring yang rendah, lanjutnya, piranti monitoring gunung api saja juga masih menggunakan teknologi tahun 1970-an dengan kondisi minimal, sehingga pemanfaatannya belum maksimal.
Sukir mengemukakan dari mega proyek pembangkit listrik 35 Giga Watt yang dikebut pemerintah, geothermal ditarget mampu menyumbang 9 Giga Watt. Selama ini geothermal (panas bumi) baru menyumbang 1.500 Mega Watt atau sekitar 5 persen dari keseluruhan potensi yang ada.
Jumlah tersebut, lanjutnya, disumbang dari eksplorasi yang dilakukan di Gunung Kamojang (Jawa Barat), Dataran Tinggi Dieng (Jawa Tengah), Lahendong (Sulawesi Utara), Ulubelu (Lampung), Ijen (Jawa Timur).