Bisnis.com, MALANG — Produksi padi di Kab. Malang mencapai 279.366 ton gabah kering giling (GKG), mengalami kenaikan sebanyak 7.759 ton atau 2,86% dibandingkan produksi padi di 2022 yang sebesar 271.607 ton GKG.
Kepala BPS Kab. Malang, Erny Fatma Setyoharini, mengatakan produksi beras pada 2023 untuk konsumsi pangan penduduk mencapai 161.312 ton, mengalami kenaikan sebanyak 4.480 ton atau 2,86% dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 156.831 ton
“Pada 2023, luas panen padi mencapai sekitar 43.919 hektare dengan produksi padi sebesar 279.366 ton gabah kering giling (GKG). Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi beras pada 2023 mencapai 161.361 ton,” ujarnya, Sabtu (6/4/2024).
Luas panen padi pada 2023 mencapai sekitar 43.919 hektare, mengalami penurunan sebanyak 1.983 hektare atau 4,32% dibandingkan luas panen padi di 2022 yang sebesar 45.902 hektare.
Di Kota Malang, kata Kepala BPS Kota Malang, Umar Sjaifudin, luas panen padi Januari-Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 4,96% dibanding Januari-Desember 2022.
Potensi luas panen Januari-April 2024, kata dia, diperkirakan mencapai sekitar 449,15 hektare atau mengalami kenaikan sebesar 28,71% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Baca Juga
Produksi padi Januari-Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 4,2% dibanding Januari-Desember 2022. Produksi padi Januari-April 2024 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 21,39% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
“Produktivitas SR (Subround) I 2024 diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal,” ujarnya.
Untuk Jatim, produksi beras Januari-Desember 2023 mengalami penurunan sebesar 4,2% dibanding Januari-Desember 2022.
Produksi beras Januari-April 2024 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 21,38% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Produktivitas SR I 2024 diharapkan dapat mencapai hasil yang optimal.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai ditengah laju alih fungsi lahan, peningkatan produktivitas menjadi kunci untuk memperkuat ketahanan pangan. Oleh karena itulah, modernisasi sektor sebagai sebuah keharusan di tengah perkembangan teknologi yang pesat.
Selain itu, modernisasi sektor pertanian akan menjadi pintu masuk untuk menarik gen Z ke sektor pertanian agar aging farmer dapat teratasi. Selain update informasi terkait produksi beras, hal yang tak kalah penting adalah terkait dengan update permintaan kebutuhan beras. Sinkronisasi data ini akan lebih memudahkan dalam memitigasi potensi ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan yang dapat memicu gejolak harga.(K24)