Bisnis.com, SURABAYA - Laju inflasi Jawa Timur pada November 2023 ini dinilai perlu diwaspadai karena melambungnya harga sejumlah komoditas pangan seperti gula yang tembus Rp17.000/kg dan cabai rawit yang mencapai sekitar Rp85.000/kg.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim, Doddy Zulverdi mengatakan gula dan cabai memang termasuk dalam sektor pangan yang cukup sering menjadi kontributor dalam inflasi. Hal ini disebabkan oleh persoalan yang kompleks dari hulu sampai hilir, khususnya komoditas gula.
"Masalah komoditas gula ini cukup kompleks, baik gula konsumsi maupun gula industri atau rafinasi. Sedangkan produksi dalam negeri dari sisi hulu atau tanaman tebu dan produksi gula di pabriknya juga terbatas sehingga kita masih bergantung impor," katanya, Jumat (24/11/2023).
Dia mengatakan, pemerintah sendiri sudah mengeluarkan kebijakan impor dengan tujuan untuk mempercepat dan meningkatkan pasokan gula nasional. Dari sisi produksi, pemerintah dan BUMN gula juga telah berupaya memperluas lahan tebu melalui berbagai strategi kerja sama pemanfaatan lahan hutan, serta melakukan revitalisasi pabrik gula di Indonesia.
"Itu sudah berjalan tetapi memang tidak mudah, dan hasilnya tidak bisa cepat. Sehingga kecepatan penambahan pasokan dalam negeri perlu dilakukan melalui impor untuk meminimalkan gap antara demand dan suplai, sekaligus menahan laju inflasi," imbuhnya.
Pada 2022, produksi gula nasional rerata mencapai 2,35 juta ton/tahun, dengan luas lahan yang berproduksi mencapai 500.000 ha. Sementara konsumsi gula nasional mencapai 2,8 juta ton/tahun, sehingga masih ada defisit sebesar 450.000 ton/tahun. Dari jumlah produksi nasional, gula yang dihasilkan dari Jawa Timur mencapai 1,92 juta ton/tahun atau setara 49,55% dari total produksi nasional.
Baca Juga
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Adik Dwi Putranto, menilai Indonesia dan khususnya Jatim seharusnya mampu menggenjot produksi tebu jika melihat sejarahnya pada 1930 mampu menjadi eksportir kedua di dunia dengan jumlah produksi 3 juta ton/tahun dari lahan seluas 200.000 ha. Namun, dalam kondisi saat ini terdapat lahan seluas 500.000 ha, Indonesia hanya mampu memproduksi gula kurang dari 2,4 juta ton/tahun.
"Mestinya dengan lahan seluas itu kita sudah bisa surplus dalam memenuhi gula nasional, dan tidak harus impor," katanya.
Dia mengatakan, sejauh ini pemerintah hanya fokus pada ekstensifikasi lahan tebu dan bukan pada intensifikasi pada produktivitas. Kondisi ini pun tidak hanya terjadi pada tanaman tebu, tetapi juga tanaman pangan lainnya.
"Ekstensifikasi dengan menambah lahan tebu sebenarnya bukan solusi yang tepat. Jadi bagaimana dengan luasan 500.000 ha ini produktivitasnya bisa tinggi, maka diperlukan riset yang sungguh-sungguh mulai dari pengolahan lahan, penggunaan teknologi pertanian yang baik, serta dukungan insentif seperti subsidi pupuk untuk komoditas tebu," ujar Adik yang juga pelaku usaha sektor agro.
Sistem Informasi Ketersediaan dan Harga Bahan Pokok Perkembangan Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim mencatat, harga rata-rata gula di Jatim per 24 November 2023 sebesar Rp16.318/kg. Harga tertinggi terjadi di Ngawi Rp17.166/kg, dan harga terendah di Probolinggo Rp15.000/kg.
Harga tersebut terus mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya, yakni per 24 Oktober 2023 rerata Rp14.825/kg. Sedangkan harga cabai rawit di Jatim pada per 24 November 2023 rerata Rp84.690/kg.
Harga tertinggi terjadi di Magetan tembus Rp98.666/kg, terendah di Probolinggo Rp53.333/kg. Harga rata-rata tersebut telah melonjak tajam dibandingkan 24 Oktober 2023 yang retata masih Rp55.445/kg.
BPS Jatim juga mencatat, pada Oktober 2023 komoditas gula juga telah menyumbang laju inflasi bulanan di Jatim dengan tren perubahan harga yang meningkat 2,51% (mtm). Begitu juga cabai rawit menyumbang inflasi dengan tren kenaikan harga mencapai 24,42% (mtm) Adapun Inflasi Jatim pada Oktober 2023 sebesar 0,27% (mtm) atau 3,25% (yoy) dan 2,31% (ytd).