Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Kebakaran Hutan di Jatim, Ada Indikasi Kesengajaan Dibakar

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan meski dalam empat tahun ini mengalami tren penurunan kasus.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menggelar Apel Pengendalian Karhutla di Pasuruan./Dok. Pemprov Jatim
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat menggelar Apel Pengendalian Karhutla di Pasuruan./Dok. Pemprov Jatim

Bisnis.com, SURABAYA - Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur melaporkan selama empat tahun terakhir ini tren kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Jatim cenderung mengalami penurunan.

Tercatat, pada 2019 kasus karhutla terjadi di lahan hutan seluas 7.550,09 ha atau 0,55 persen, kemudian pada 2020 menurun menjadi 940,14 ha atau 0,07 persen, dan pada 2021 seluas 466,95 ha atau 0,034 persen. Pada 2022 kasus karhutla kembali turun menjadi seluas 390,50 ha atau 0,028  persen dari luas kawasan hutan di Jatim.

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan meski dalam empat tahun ini mengalami tren penurunan kasus, tetapi setiap kebakaran hutan dan lahan bisa berdampak pada ekosistem keanekaragaman hayati dan meningkatnya potensi bencana alam akibat Karhutla seperti banjir, longsor dan sebagainya.

“Setiap kebakaran hutan dan lahan berpotensi ada keragaman hayati yang terdampak. Jadi kalau itu kemudian keragaman hayati mengalami kepunahan, itu tidak bisa dihitung dengan setara finansial berapapun,” ujarnya.

Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi dan koordinasi dari berbagai lintas sektor guna mengantisipasi adanya Karhutla di Jatim, serta pembentukan tim satgas penanganan karhutla, rakor Brigade pengendalian Karhutla, pembentukan dan pembinaan masyarakat peduli api, serta sosialisasi pencegahan karhutla.

Khofifah mencontohkan, kasus karhutla di Kota Batu tepatnya di Panderman yang mulai ada kebakaran. Di kawasan tersebut merupakan daerah dengan tingkat kemiringan hingga 70 derajat sehingga tidak mudah melakukan penanganan kebakaran jika hanya menggunakan peralatan peralatan manual. 

“Dalam kondisi tersebut, dibutuhkan ketrampilan secara khusus agar efektif penanganannya dan aman secara personal,” katanya.

Dia menambahkan, saat ini Jatim juga sudah mulai memasuki musim kemarau dan diprediksi akan menghadapi El-Nino. Ia mengimbau agar kota/kabupaten lebih fokus mengantisipasinya dengan melakukan sejumlah langkah seperti aktif melakukan patroli dan mengaktifkan posko yang terintegrasi.

Kebakaran Arjuno

Unit Pengelola Teknis (UPT) Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo menyatakan bahwa kebakaran yang terjadi kawasan Gunung Arjuno-Welirang, Jawa Timur beberapa waktu lalu akibat aktivitas perburuan liar.

Kepala Tahura Raden Soerjo, Ahmad Wahyudi, di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (2/6/2023) mengatakan bahwa kebakaran di kawasan Gunung Arjuno-Welirang tersebut sengaja dilakukan oleh para pemburu liar untuk mempermudah aktivitas perburuan satwa di kawasan.

"Indikasinya perburuan liar, jadi sengaja dibakar," kata Wahyudi.

Ia menjelaskan pembakaran tersebut sengaja dilakukan untuk mempermudah aktivitas perburuan liar satwa yang ada di kawasan itu. Dengan adanya pembakaran itu, maka satwa-satwa akan terlokalisasi sehingga memudahkan para pemburu liar itu.

Menurutnya, petugas Tahura Raden Soerjo menemukan bekas "base camp" yang dipergunakan para pemburu liar tersebut. Bukti-bukti tersebut menguatkan dugaan bahwa kebakaran yang menghanguskan area seluas 58 hektare tersebut akibat aktivitas pemburu liar.

"Ada bukti berupa bekas base camp yang dipergunakan pemburu liar tersebut," ujarnya.

Ia menambahkan, petugas Tahura Raden Soerjo bersama petugas kepolisian sesungguhnya telah memperkuat upaya patroli di kawasan itu. Namun, para pemburu liar tersebut seringkali berhasil mengelabui petugas.

"Patroli terus kami lakukan bersama kepolisian," kata Ahmad Wahyudi .

Tahura Raden Soerjo merupakan rumah bagi sejumlah satwa di antaranya adalah monyet ekor panjang, elang Jawa, kera hitam, landak, ular sawah, ayam hutan, kutilang, tupai, alap-alap jambul, dan alap-alap tikus atau putih.

Berdasarkan data dari Tahura Raden Soerjo, kebakaran terjadi pada dua titik yakni di daerah Gumandar, Gunung Arjuno, Kabupaten Pasuruan, pada Kamis (25/5) dan di lereng gunung Welirang, di kawasan blok Patok Besi, berbatasan daerah Mojokerto-Pasuruan pada (26/5).

Akibat kebakaran itu, Tahura Raden Soerjo sempat menutup jalur pendakian gunung Arjuno-Welirang selama beberapa hari. Setelah kebakaran tersebut padam dan dinyatakan aman, pendakian Arjuno-Welirang kembali dibuka pada 29 Mei 2023.

Gunung Arjuno, terletak bersebelahan dengan Gunung Welirang, termasuk Gunung Kembar I, dan Gunung Kembar II. Puncak Gunung Arjuno terletak dalam satu punggungan yang sama dengan puncak Gunung Welirang, dan lebih dikenal sebagai kompleks Arjuno-Welirang.

Gunung Arjuno merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Timur, dengan ketinggian mencapai 3.339 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sementara untuk Gunung Welirang, memiliki ketinggian 3.156 mdpl.

Wilayah Tahura Raden Soerjo, secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu, dengan luas mencapai 27.868,30 hektare, yang terbagi dari Kawasan Hutan Lindung seluas 22.908,3 hektare, dan Kawasan Cagar Alam Arjuno-Lalijiwo (PHPA) seluas 4.960 hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Pemprov Jatim dan Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper