Bisnis.com, SURABAYA — PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Futures Exchange (JFX) memproyeksikan tren transaksi multilateral/komoditi dalam bursa komoditi berjangka bisa tumbuh 15 persen tahun ini seiring dengan besarnya potensi komoditas yang dimiliki Indonesia.
Direktur Utama JFX, Stephanus Paulus Lumintang mengatakan JFX optimistis target tersebut bisa tercapai dengan mempertimbangkan sejumlah faktor penting seperti produk komoditi yang saat ini memang masih unggul dan paling dikenal yakni emas, serta tingkat investasi dan kepercayaan di Indonesia cukup meningkat.
“Selain itu alternatif investasi di Indonesia saat ini juga lebih beragam. Itu salah satu faktor yang kami pertimbangkan, saya rasa target pertumbuhan 15 persen bisa kami capai,” ujarnya dalam Media Gathering PT International Business Futures (IBF) di Surabaya, Rabu (24/5/2023).
Transaksi multilateral atau komoditi sendiri merupakan transaksi yang dilakukan antara banyak pembeli dan banyak penjual. Traders dalam transaksi multilateral, bisa bertemu dengan berbagai traders lain yang memiliki beragam latar belakang. Namun, antara penjual dan pembeli tidak saling mengenal satu sama lain.
JFX mencatat, kinerja transaksi komoditi tumbuh dengan total transaksi multilateral dan Penyaluran Amanat Luar Negeri (PALN) mencapai 1.065.455 lot per 18 Mei 2023.
“Kinerja volume transaksi tahun ini naik sekitar 80 persen dari pencapaian 2022 di periode yang sama,” katanya.
Baca Juga
Pencapaian JFX dalam mendorong transaksi komoditi juga terlihat pada produk emas yang merupakan primadona produk multilateral dan berkontribusi 60 persen, disusul olein, khususnya kontrak berjangka Olein 100kg yang diluncurkan pada akhir Agustus 2022.
Direktur Utama PT International Business Futures (IBF), Ernawan mengatakan, sebagai perusahaan pialang berjangka lokal, IBF terus berperan meningkatkan transaksi multilateral di bursa berjangka, termasuk mendukung target Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) dalam mendorong terbentuknya price reference untuk berbagai komoditi di Indonesia.
“Hingga April 2023, total transaksi IBF mencapai 107.985 lot dengan kontribusi produk komoditi/multilateral mencapai 7,4 persen. Di akhir tahun kontribusinya kami ingin kejar hingga 10 persen,” imbuhnya.
Produk komoditi IBF adalah emas dan kopi. Sementara yang paling banyak ditransaksikan adalah emas. Pada 2024, IBF berencana menambah koleksi produk komoditi Olein.
“Kami berharap tahun ini transaksi di IBF bisa tumbuh 50 persen dari total transaksi pada 2022 yang mencapai 365.887 lot, serta porsi transaksi multilateral di IBF dalam 5 tahun ke depan diharapkan bisa mencapai 30 persen,” ujarnya.
Ahli Utama Bappebti, Sahudi mengatakan saat ini komoditi yang paling banyak diminati masih emas, padahal masih banyak komoditi lain yang tak kalah potensial seperti kopi, kakao, karet, dan lada.
“Menurut saya, masyarakat kita masih belum sepenuhnya paham soal lindung nilai. Padahal kalau kita menjual komoditi kopi misalnya dengan keuntungan sekian persen, lalu kita lock dan lakukan lindung nilai dengan transaksi multilateral,” ujarnya.
Sahudi menjelaskan, konsep lindung nilai merupakan teknik strategi trading yang dilakukan untuk melindungi dana yang akan digunakan oleh trader dari fluktuasi nilai tukar yang merugikan.
“Manfaat lindung nilai, salah satunya dapat menghindari risiko kerugian akibat perubahan harga dan mendapatkan komoditi sesuai kuantitas dan kualitas,” imbunya.