Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Penanganan Penyakit Ternak Jatim, Ini Kata Wagub Emil

Saat ini daerah-daerah di luar empat daerah episentrum melakukan ekstra antisipasi misalnya dengan penyemprotan disinfektan, penutupan pasar hewan tertentu untuk sementara agar trafiknya tidak meluas.
Peni Widarti
Peni Widarti - Bisnis.com 14 Mei 2022  |  13:22 WIB
Penanganan Penyakit Ternak Jatim, Ini Kata Wagub Emil
Petugas Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Sukoharjo menyemprotkan cairan disinfektan ke arah sapi yang diperjualbelikan di Pasar Hewan Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (14/5/2022). Penyemprotan dan pemeriksaan di pasar hewan tersebut untuk mencegah penyebaran virus penyakit kuku dan mulut (PMK) hewan ternak sapi. - Antara/Mohammad Ayudha.
Bagikan

Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta masyarakat tidak terlalu khawatir dalam mengkonsumsi daging sapi/kambing/domba karena adanya Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Wakil Gubernur Jatim, Emil Elestianto Dardak mengatakan saat ini pemerintah terus berupaya melakukan penanganan dan pencegahan PMK terhadap hewan ternak yang ada di Jatim.

“Bu Gubernur, bahkan Konjen Australia, kita semua melakukan pengamatan lapangan, yang penting informasi itu (PMK dan dampaknya) jelas dan tidak simpang siur. Memang ada ketakutan tetapi ada upaya, ada kebijakan tertentu yang dilakukan untuk antisipasi,” ujarnya, Jumat (13/5/2022).

Dia mengatakan beberapa kebijakan lokal juga telah diambil pemda-pemda seperti yang dilakukan Pemkot Surabaya dengan membatasi sumber-sumber penularannya. Diketahui Pemkot Surabaya melalui Rumah Potong Hewan (RPH) untuk sementara ini tidak menerima hewan ternak dari empat daerah terjangkit sebagai antisipasi penularan.

“Dan RPH manapun akan melalui mekanisme pengecekan kesehatan dulu. Masalah terbesar sekarang adalah kita mikirin peternaknya juga, bagaimana hewan-hewan yang sakit ini bisa disembuhkan, ada juga yang sebaiknya divaksin,” imbuhnya.

Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga bekerja sama dengan Pemerintah Australia untuk bisa mengakses vaksin dan obat-obatan tertentu untuk menyembuhkan hewan ternak yang terjangkit PMK.

“Tentunya dengan koordinasi pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pertanian. Kami meyakini bahwa saat ini Insya Allah kita bisa melakukan penanganan seoptimal mungkin dalam penyembuhan,” ujarnya.

Menurut Emil, soal keamanan pangan sudah ada mekanisme dan standar tersendiri yang sangat ketat terhadap ternak yang boleh disembelih untuk menjamin keamanan pangan kepada konsumen. 

Namun, lanjutnya, bukan berarti wabah ini tidak ditangani secepat mungkin dalam menekan penyebaran penyakit. Sebagai contoh polisi atau Satgas Pangan melakukan asesemen mengenai arus kendaraan ternak.

“Saat ini episentrum yang menjadi fokus penanganan ada di empat kabupaten, tetapi kita juga lakukan pencegahan di daerah lain dengan mendorong satu sistem keterbukaan info, pendeteksi dan kewaspadaan dini, dan mendata PMK terjadi di mana saja terjadi,” ujarnya.

Emil menambahkan, saat ini daerah-daerah di luar empat daerah episentrum juga melakukan ekstra antisipasi misalnya dengan penyemprotan disinfektan, penutupan pasar hewan tertentu untuk sementara agar trafiknya tidak meluas.

“Ini bukan supaya melindungi karena takut dagingnya nyebar, karena kalau daging pasti ada proses dulu, veteriner ngecek dulu apa ada sertifikasinya baru boleh dikonsumsi. Tetapi ini untuk mencegah supaya infeksinya tidak meluas kepada ternak lain,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

sapi jatim pmk
Editor : Miftahul Ulum
Bagikan

Bergabung dan dapatkan analisis informasi ekonomi dan bisnis melalui email Anda.

Artikel Terkait



Berita Terkini

Terpopuler

Banner E-paper
back to top To top