Bisnis.com, SURABAYA - Provinsi Jawa Timur pada Juli 2021 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,17 persen yang disumbang oleh bahan makanan, obat dengan resep hingga biaya pendidikan tahun ajaran baru.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan kenaikan harga/biaya kelompok pendidikan pada Juli lalu memiliki andil yang signifikan terhadap inflasi di Jatim, di samping juga kelompok makanan dan minuman.
“Pada Juli, sebagai awal tahun ajaran baru seperti tahun-tahun sebelumnya kelompok pendidikan memberikan andil cukup signifikan dalam menyumbang inflasi. Kenaikan biaya pendidikan ini khususnya pada SD, SMA dan Perguruan Tinggi,” ujarnya dalam Berita Resmi Statistik (BPS), Senin (2/8/2021).
Dia mengatakan dari 8 kota Indeks Harga Konsumsen (IHK) di Jatim, terdapat 6 kota mengalami inflasi dan 2 kota mengalami deflasi. Daerah yang mengalami inflasi tertinggi yakni Sumenep 0,42 persen, dan terendah di Kota Malang dan Kota Madiun 0,11 persen.
“Sedangkan 2 daerah yang mengalami deflasi yakni Kediri 0,08 persen dan Jember 0, 05 persen,” imbuhnya.
Dadang menyebutkan sejumlah komoditas utama yang menjadi penyumbang inflasi Jatim Juli lalu yakni cabai rawit mengalami kenaikan harga 33,45 persen, bawang merah naik 9,38 persen, sekolah dasar 1,87 persen, akademi atau perguruan tinggi 0,65 persen, tomat 19,05 persen, SMA 1,32 persen, obat dengan resep 2,16 persen, ikan mujaer 6,99 persen, vitamin 2,34 persen, dan sawi hijau 7,98 persen.
Baca Juga
“Kenaikan harga obat dengan resep dan vitamin juga cukup menarik perhatian karena berseiring dengan kondisi kasus Covid-19 yang mengalami kenaikan cukup tinggi bulan lalu,” ujarnya
Sementara komoditas penyumbang deflasi yakni daging ayam ras yang mengalami penurunan harga -4,74 persen, telur ayam ras -3,65 persen, emas perhiasan -1,89 persen, cabai merah -11,30 persen, jeruk -3,37 persen, apel -3,58 persen, pisang -2,12 persen, ayam hidup -2,09 persen, pir -6,34 persen, dan anggur -2,24 persen.