Bisnis.com, SURABAYA - Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Aptiknas) Jawa Timur menilai industri game online memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan dan diseriusi oleh pemerintah maupun developer game.
Ketua Aptiknas Jatim, Okky Tri Hutomo mengatakan selama pandemi Covid-19, tidak dipungkiri bisnis aplikasi game online mengalami peningkatan hingga 196 persen dibandingkan sebelum pandemi.
“Kondisi ini terjadi karena selama masa pandemi, banyak orang melakukan work from home (WFH), dan juga school from home (SFH) sehingga mereka lebih banyak beraktivitas di rumah, supaya tidak bosan mereka memilih bermain game berbasis android,” jelasnya, Jumat (13/11/2020).
Dia menambahkan, kondisi ini pun juga berimbas pada kinerja pabrikan alat game seperti Sony mampu tumbuh 103,8 persen pada semester I/2020. Menurutnya, Indonesia menjadi pasar potensial untuk industri game juga karena jumlah populasi penduduknya yang banyak, dengan 60 persen didominasi kelompok usia produktif.
“Di tambah lagi pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 52,6 juta jiwa, dan lebih dari separuhnya menyukai bermain game online dari gadgetnya, tanpa mengenal usia,” jelasnya.
Wakil Ketua Umum Bidang Telekomunikasi dan dan Teknologi Informatika, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Tritan Saputra menambahkan, industri game online ini tidak hanya berpotensi dikembangkan oleh pengusaha/sektor swasta tetapi juga bermanfaat bagi negara, salah satunya dapat menghasilkan pajak.
Baca Juga
“Pemerintah sendiri sekarang sudah memberlakukan pajak digital melalui terbitnya Perpu No.1 Tahun 2020, mulai Agustus 2020, yakni barang dan jasa yang dijual perusahaan internasional berbasis digital wajib membayar PPn 10 persen, yang nanti dibebankan kepada konsumen,” jelasnya.
Hanya saja, lanjut Tritan, pemerintah masih perlu mengatur regulasi soal kategori game lantaran saat ini game yang tersedia bagi anak-anak/ramah Anak jumlahnya masih sangat minim. Aturan tersebut diharapkan bisa menekan dampak negatif dari game yang dimainkan oleh kategori anak-anak.
“Kami sempat diskusi dengan Asosiasi Game Indonesia (AGI), mereka pun memberikan penilaian terhadap game yang menimbulkan efek samping, bahkan ada game yang membuat hubungan dengan keluarga tidak baik,” imbuhnya.