Transaksi Perdagangan Berjangka Tumbuh 25,43 Persen pada Kuartal III/2020

Pasar Fisik Komoditas juga menunjukkan tren kenaikan yang positif.
Pimpinan Cabang PT BPF Malang Andri (paling kanan) bersama Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta, Stephanus Paulus Lumintang (dua dari kiri), Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi (dua dari kanan), dan Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Jihadi pada Investment Outlook PT Bestprofit Futures Malang bersama dengan PT Bursa Berjangka Jakarta, PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) dan Universitas Muhammadiyah Malang, di Malang./Bisnis
Pimpinan Cabang PT BPF Malang Andri (paling kanan) bersama Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta, Stephanus Paulus Lumintang (dua dari kiri), Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi (dua dari kanan), dan Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Jihadi pada Investment Outlook PT Bestprofit Futures Malang bersama dengan PT Bursa Berjangka Jakarta, PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) dan Universitas Muhammadiyah Malang, di Malang./Bisnis

Bisnis.com, MALANG — Transaksi perdagangan berjangka komoditi pada kuartal III/2020 tumbuh 25,43 persen di masa pandemi.

Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Fajar Wibhiyadi mengatakan sejak awal 2020 wabah Covid-19 telah memberikan dampak ekonomi yang cukup besar, dan hampir ke semua sektor ekonomi. Namun ada sebuah fenomena yang menarik di industri perdagangan berjangka komoditi yang justru ada kenaikan transaksi di masa pandemi.

“Data PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) sampai dengan Kuartal III tahun 2020 terjadi pertumbuhan transaksi sebesar 25,43 persen, dari 992.187 lot di Kuartal III 2019 menjadi 1.244.491 Lot di Kuartal III/2020,” katanya pada Investment Outlook PT Bestprofit Futures Malang bersama dengan PT Bursa Berjangka Jakarta, PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) dan Universitas Muhammadiyah Malang, di Malang, Rabu (21/10/2020).

Selain itu, dari Pasar Fisik Komoditas juga menunjukkan tren kenaikan yang positif. Data transaksi Pasar Fisik Komoditas Timah Murni Batangan di Bursa Berjangka Jakarta sampai dengan Kuartal III tahun 2020, terjadi total transaksi sebanyak 9.850 lot dalam 49.296 ton, dengan transaction value sebesar US$ 813.986.011. Hal itu membuktikan industri perdagangan berjangka komoditi cukup tahan terhadap guncangan ekonomi, baik lokal maupun global.

“Kami optimistis, ke depan industri perdagangan berjangka komoditi akan terus berkembang. Tantangannya adalah bagaimana para pelaku melakukan edukasi yang benar kepada masyarakat tentang investasi di PBK (perdagangan berjangka komoditi),” tandasnya.

Menurut dia, mencermati situasi kesehatan yang mulai pulih dengan penemuan dan dimulainya pendistribusian vaksin Covid 19, kondisi perekonomian nasional diprediksi akan pulih perlahan. Sementara menunggu aktivitas normal secara keseluruhan, proyeksi emas sebagai alternatif investasi primadona diperkirakan masih bakal berlanjut.

Direktur Utama PT Bursa Berjangka Jakarta, Stephanus Paulus Lumintang mengatakan dalam keadaan ekonomi yang masih bergejolak, terutama pada masa pandemi ini secara global masih berpeluang dalam melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan dengan menggunakan momen dan instrumen yang tepat, seperti berinvestasi dalam instrumen perdagangan berjangka, misalnya dalam kontrak emas loco London, kontrak berjangka kopi, dan lainnya.

Selain pandemi, dia menilai, adanya pemilihan presiden Amerika Serikat yang akan turut serta mempengaruhi gejolak ekonomi dunia. Karena itulah, investasi perlu dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat risiko dan konsekuensi dari masing- masing jenis investasi yang akan digeluti.

Pimpinan Cabang PT Bestprofit Futures (BPF) Malang, Andri mengatakan bahwa situasi ekonomi yang tidak menentu membuat banyak investor bertanya-tanya mengenai arah ke depan.

“Atas dasar itu, BPF Malang berinisiatif mengadakan Investment Outlook sebagai upaya memberi kontribusi positif bagi perkembangan investasi di Indonesia khususnya di Kota Malang,” katanya.

Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang Jihadi mengatakan sejak awal 2020, kondisi perekonomian Indonesia mengalami kontraksi yang diakibatkan perang dagang AS — China serta kemunculan pandemi Covid 19.

Pada kuartal 1, pertumbuhan ekonomi nasional hanya mampu mendarat di level 2,97 persen, jauh dari target sebesar 4,5 persen sampai 4,6 persen. Pada 24 Maret 2020, IHSG pun sempat jatuh ke titik terendah yaitu turun 37 persen ditutup pada level 3.937. Perlambatan ini semakin kuat setelah sinyal resesi dibunyikan pada jelang akhir kuartal 2.

Kinerja sebagian portofolio investasi dalam negeri lesu. Sementara itu terjadi anomali pada harga emas yang melonjak naik hingga menembus level US$2.070/troy ons pada 7 Agustus 2020 silam.

“Sebagai salah satu instrumen safe haven, emas menjadi buruan para investor di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kekhawatiran di masa pandemik,” kata Paulus.(K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper