Bisnis.com, SURABAYA - Asosiasi Pengusaha Mainan Indonesia (APMI) memperkirakan industri mainan mulai bergerak di semester II/2020 terutama di pasar ekspor yang diharapkan tumbuh 5 persen seiring dengan dimulainya kenormalan baru.
Ketua Bidang Mainan Kayu APMI, Winata Riangsaputra mengatakan saat awal pandemi memang terjadi kendala di pasar domestik maupun global. Namun pada Mei - Juni ini sudah ada sinyal positif dari pasar luar negeri.
Sebagai contoh, katanya, pesanan ekspor yang sempat tertunda sudah mulai dikirim sebagian, termasuk adanya jaringan online shop yang kuat di sejumlah negara seperti Jepang, Amerika Serikat dan Australia.
"Selama ini ketiga negara tersebut menyukai produk mainan berupa boneka dan mainan dari plastik," katanya, Jumat (26/6/2020).
Dia mengatakan sejauh ini anggota APMI sebanyak 50 persen sudah bermain di pasar ekspor dan sisanya fokus di pasar domestik. Untuk perusahaan yang berorientasi ekspor rerata hampir 100 persen produknya memang untuk pasar luar negeri karena sudah mendapatkan fasilitas kawasan berikat dan KITE.
"Sedangkan untuk skala IKM, semuanya menyasar pasar dalam negeri," katanya.
Baca Juga
Kondisi pasar domestik sendiri, masih menurunkan produksinya akibat adanya pembatasan sosial dari dampak Covid-19.
Winata menambahkan, asosiasi sendiri saat ini terus berupaya mencari peluang pasar ekspor meski kondisi pandemi. Pengusaha pun berharap ada stimulus dari pemerintah agar bisa bersaing dengan pabrikan asing yang kerap produknya masuk pasar Indonesia.
"Mungkin pemerintah bisa beri stimulus bagi industri misalnya memperketat SNI mainan, melarang impor borongan mainan, mengawasi pelabuhan tikus tempat masuknya barang asing, termasuk menurunkan bea masuk bahan baku mainan," imbuhnya.