Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wisman ke Bromo justru Meningkat di Tengah Kasus Virus Corona

Kunjungan wisatawan manca negara (wisman) ke Bromo justru meningkat pada periode merebaknya Virus Corona (Covid-19).
Wisatawan menikmati pemandangan matahari terbit di Gunung Bromo, Jawa Timur, Rabu (26/4/2017)./Bisnis-Abdullah Azzam
Wisatawan menikmati pemandangan matahari terbit di Gunung Bromo, Jawa Timur, Rabu (26/4/2017)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, MALANG - Kunjungan wisatawan manca negara (wisman) ke Bromo justru meningkat pada periode merebaknya Virus Corona (Covid-19).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang Azka Subhan Aminurridho mengarakan untuk pariwisata di wilayah Malang dan sekitarnya masih belum mengindikasikan adanya penurunan dari jumlah wisatawan asing yang masuk sebagai dampak merebaknya Virus Corona.

“Misalnya di TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) sebagai salah satu destinasi utama pariwisata dan masuk dalam 10 Kawasan Stategis Pariwisata Nasional (KSPN) justru secara year on year,” ujarnya dihubungi dari Malang, Selasa (25/2/2020).

Jumlah kunjungan wisman pada Januari 2020 sebanyak 1054 wisman cenderung meningkat bila dibandingkan dengan periode Januari 2019 yang hanya sebanyak 551 wisman. Kunjungan wisman di Januari 2020 diasumsikan sebagai masa terdampak Virus Corona.

Data inbound wisman di Bandara Abd Saleh pada umumnya mereka bertujuan untuk wisata ke destinasi wisata utama TNBTS. Kunjungan wisman pada triwulan IV/2019 mencapai 22.061 orang dengan proporsi negara asal wisman dari China sebesar 9,65%. Proporsi turis China sekitar 10% dari total wisman yang lewat Bandara Abdulrachman Saleh.

Potensi dampak Virus Corona justru tampak pada sektor industri manufaktur dan berorientasi ekspor. Menurut dia, terhadap kegiatan usaha, yakni tertundanya kegiatan produksi dan investasi untuk beberapa korporasi yang memiliki exposure bisnis terhadapTiongkok.

Hal ini karena terdapat ketergantungan bahan baku dari Tiongkok. Meskipun secara proporsi kebutuhan bahan baku dari China hanya mencapai 5%, tetapi komponen tersebut termasuk komponen yang krusial.

Strategi yang dilakukan untuk mengatasi keterbatasan bahan baku tersebut, kata dia, yakni dengan melakukan pembelian bahan baku secara front loading untuk kebutuhan selama beberapa bulan ke depan.

Selain itu mulai dilakukan upaya diversifikasi sumber pembelian bahan baku ke negara lain. Namun hal tersebut akan membutuhkan prosedur dan waktu yang cukup lama.

“Potensi problem juga di impor bahan baku untuk produksi perusahaan yg berasal dari China,” ujarnya. Selain itu juga berdampak kepada perusahaan yang produknya diekspor ke China.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper