Bisnis.com, SURABAYA - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) menyebutkan bahwa 70 persen mal atau pasar modern di Jawa Timur diisi oleh usaha kecil dan menengah (UKM) dan memberikan kontribusi cukup signifikan sehingga tidak boleh dipandang sebelah mata.
"Contohnya saja tingkat okupansi Royal Plaza sekarang sudah mencapai 98 persen dan di Pakuwon Trade Center 94 persen. Dari angka itu, sekitar 70 persennya diisi oleh UKM yang mayoritas memiliki omzet di bawah Rp3 miliar dalam setahun," kata Ketua APPBI Jatim, Sutandi Purnomosidi di Surabaya, Senin (24/2/2020).
Sutandi mengatakan, banyak pusat perbelanjaan di Jatim yang menyediakan ruang cukup luas untuk UKM, seperti Royal Plaza, Pakuwon Trade Center (PTC), Jembatan Merah Plaza (JMP), Plaza Surabaya, ITC, Pasar Atom, dan Darmo Trade Center (DTC).
Menurutnya, kontribusi yang diberikan UKM terhadap pusat perbelanjaan tersebut juga cukup signifikan, dan produk yang dijual juga cukup bervariasi.
"Meskipun masuk ke pusat perbelanjaan tidak gratis. Ada biaya sewanya, hal tersebut karena banyak manfaat yang diperoleh pelaku usaha ketika berjualan di mall. Salah satunya, mudah memperluas pasar," katanya.
Sutandi menyebutkan, banyaknya UKM yang masuk pusat perbelanjaan menandakan tumbuhnya UKM di Jatim.
Baca Juga
"Sebagian besar UKM yang masuk pusat perbelanjaan bergerak di bidang fesyen, batik, busana Muslim, dan kuliner. Kalau dari kacamata APPBI, UKM berminat masuk mal karena mereka butuh market untuk mencari pelanggan. Sebagai pemula, jualan di mal yang sudah ramai tentu akan lebih mudah dapat konsumen," katanya.
Sutandi mengatakan, masyarakat saat ini juga masih banyak yang mendatangi mal, misalnya saja di Tunjungan Plaza (TP) saat weekday ada sekitar 7.500 mobil yang datang, sementara ketika weekend ada 12 ribu mobil masuk ke TP dan 15 ribu mobil ke Pakuwon Mall.
"Sehingga bisa dikatakan jualan di mal pasarnya sudah jelas, peluangnya pun juga cukup besar untuk mengangkat derajat pengusaha kecil,” katanya.
Sutandi mengatakan, APPBI selalu memberi kesempatan yang luas kepada UKM untuk berpartisipasi mengisi tenant di pusat perbelanjaan. Contohnya, melalui berbagai pameran yang diselenggarakan oleh Dekranasda ataupun event organizer lainnya di dalam mal.
"Di TP 1 hampir setiap dua bulan sekali ada pameran batik,” imbuhnya.
Terkait syarat-syarat UKM yang ingin masuk ke pusat perbelanjaan, Sutandi mengaku tidak begitu sulit, sebab yang terpenting produknya harus sesuai dengan keinginan market.
"Pasarnya juga harus jelas. Jangan memaksakan masuk ke mal kategori bintang lima jika tidak mau gagal. Jadi harus pintar baca peluang, mana market yang sekiranya cocok untuk produk skala kecil. Sebagai gambaran, di TP ada TP 1-6. UKM cocoknya ya masuk di TP 1 dan TP 2, tidak mungkin TP 5," katanya.