Bisnis.com, SURABAYA – Kalangan pengusaha sepatu dan alas kaki Jawa Timur menyebut kinerja penjualan sepatu di pasar domestik tahun ini terkoreksi 30% dibandingkan kinerja tahun lalu.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim, Winyoto Gunawan mengatakan bisnis alas kaki dan sepatu saat ini memang sedang lesu. Hanya saja, pengusaha masih belum bisa memperkirakan penyebab pastinya, apakah karena faktor momen politik hingga demonstrasi dalam negeri atau bahkan adanya isu resesi yang cukup membuat resah.
“Dan memang lesunya industri ini bukan hanya terjadi di pasar domestik, tapi juga pasar ekspor sepatu yang juga turun 10%. Bahkan sejak ada perang dagang AS dan China, Indonesia sama sekali tidak kecipratan dampak positifnya,” katanya, Senin (21/10/2019).
Dia mengatakan pemerintah perlu menciptakan iklim investasi dan pasar domestik yang kondusif, bukan hanya dari segi kemudahan berbisnis, tapi juga keamanan untuk menghadapi isu resesi.
Menurutnya, beberapa bulan terakhir ini juga banyak terjadi gelombang demonstrasi yang berakhir ricuh sehingga membuat investor memilih diam dan menunggu.
“Kalau kondisi negara selalu stabil, ini akan memberikan kepercayaan kepada investor baik dalam negeri maupun asing,” imbuhnya.
Baca Juga
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor produk alas kaki (HS64) secara nasional di sepanjang Januari - Agustus 2019 hanya mencapai US$2,94 miliar.
Jumlah tersebut turun 12,69% dibandingkan kinerja di periode sama tahun lalu US$3,36 miliar. Khusus Agustus 2019, ekspornya hanya US$347,5 juta, atau turun 12,08% dibandingkan ekspor Juli 2019 yang mencapai US$395,2 juta.
Dalam kesempatan yang berbeda, Kepala Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), Heru Budi Susanto mengatakan saat ini industri sepatu/alas kaki khususnya sektor industri kecil menengah (IKM) tengah didorong untuk mandiri dan mau membangun brand image bahwa sepatu lokal lebih berkualitas serta tidak kalah dengan sepatu brand asing atau impor.
“Dengan begitu, industri kecil kita tidak perlu membuat produk tiruan brand asing atau kw, karena dengan image dan kualitas yang dibangun sendiri akan berdampak positif bagi industri alas kaki dalam negeri secara keseluruhan, serta ada persaingan yang sehat,” katanya.
Dia mengatakan, untuk meningkatkan kualitas dan image sepatu merek lokal, pemerintah juga telah menyiapkan instrumen kebijakan melalui program pelatihan tematik, fasilitas pendaftaran merek gratis, hingga pendampingan produksi.
“BPIPI juga menyediakan fasilitas laboratorium uji alas kaki bagi IKM untuk memastikan kualitas produk yang dibuatnya sesuai dengan standar ISO maupun SNI, termasuk ada bank desain secara gratis melayani konsultasi peningkatan kualitas,” jelasnya.