Bisnis.com, SURABAYA – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) berencana untuk berkolaborasi dengan Ahli Agen Asuransi Umum Indonesia (A3UI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam membuat program pelatihan agen sebagai salah satu upaya penetrasi pasar industri asuransi.
Ketua Umum AAUI, Dadang Sukresna mengatakan agen memiliki peran yang cukup besar sebagai tombak penetrasi dan literasi keuangan bagi masyarakat. Hingga saat ini kontribusi agen dalam perolehan premi dan nasabah masih sekitar 13%.
“Sedangkan peran dari broker cukup besar 30%, begitu juga dengan penjualan asuransi direct juga berkontribusi 30%. Namun kami yakin peran agen ini masih sangat besar karena Indonesia ini pasarnya sangat luas, dan agen bisa sampai ke desa-desa,” jelasnya seusai Seminar Pemberdayaan Kompetensi Agen Asuransi Kerugian, Selasa (3/9/2019).
Dia mengatakan tantangan yang harus dihadapi agen asuransi adalah masalah sertifikasi. Tercatat dari agen yang sudah terseritifkasi baru 6.800 agen secara, sedangkan yang belum tersertifikasi jumlahnya diperkirakan lebih banyak.
“Semua agen harus ikut pendidikan dan ujian untuk bisa mendapatkan sertifikasi, mereka harus punya kompetensi mengenai produk yang ia jual. Inilah perlunya kolaborasi AAUI dengan A3UI, nanti kita bicarakan seperti apa kekurangannya, lalu apa saja yang perlu pelatihan,” imbuhnya.
Ketua Umum A3UI, Baidi Montana menambahkan saat ini anggota A3UI masih sekitar 100 agen. Dia mentargetkan jumlah anggota bisa berkembang menjadi 20% dari total agen asuransi umum di Indonesia yang berjumlah 38.000 agen.
Baca Juga
“Atau setidaknya ada 5.000 agen dulu yang bergabung dalam A3UI, dan sejauh ini responnya bagus, misalnya seperti di Papua, Semarang, Jakarta, Bandung, Denpasar, Balikpapan dan Medan sudah minta untuk buka DPD,” jelasnya.
Baidi mengatakan A3UI sendiri memiliki visi menjadi wadah profesi bermartabat sekaligus ingin berkontribusi menjadi pentrasi dalam meningkatkan industri asuransi kerugian. Tahun ini pun, premi asuransi diproyeksikan bisa tumbuh minimal 10%.
Ketua OJK Regional 4 Jatim, Heru Cahyono mengakui penterasi asuransi masih kecil bila dibandingkan dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan. Meski begitu, tren premi asuransi terus meningkat dari kuartal ke kuartal, bahkan premi asuransi di Jatim berkontribusi 5% - 6% terhadap nasional.
“Kecilnya pentrasi ini karena pengaruh tingkat literasi dan inklusi keuangan. Untuk itu, kami berupaya memberikan edukasi agar masyarakat paham terhadap produk asuransi,” imbuhnya.