Bisnis.com, SURABAYA – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jawa Timur mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) yang sudah siap produksi secara kuantitas dan kualitas untuk masuk ke pasar ekspor terutama ke Singapura dan Jepang.
Kepala Divisi Pengembangan Ekonomi BI Jatim, Derry Rossianto mengatakan sebelumnya BI Jatim sudah melakukan pembinaan terhadap UKM yang ingin mengembangkan pasar ekspor ke Singapura yakni untuk produk makanan olahan seperti keripik pisang, kopi dan cokelat.
“Nah Agustus nanti ini akan ada 10 produk UKM yang akan kita bawa lagi ke Singapura dan sudah deal dengan buyernya di sana. Tahap pertama kita kirim dulu 1 kontainer, kalau sudah habis akan repeat order karena kalau langsung banyak di sana ada keterbatasan ruang penyimpanan,” jelasnya, Senin (17/6/2019).
Selain itu, lanjutnya, dalam waktu dekat BI Jatim bersama dengan Pemprov Jatim akan menjajaki pasar di Jepang untuk ekspor produk bahan baku dari hasil perikanan seperti belut Jepang atau unagi, dan juga ikan koi.
“Jepang ini juga sangat potensi untuk kita jajaki terutama produk unagi ini sangat diminati di sana dan harganya juga cukup mahal sampai Rp1 juta/kg, dan Jatim sudah ada yang melakukan budi daya seperti di Malang, Banyuwangi dan Probolinggo,” jelasnya.
Hanya saja, lanjut Derry, persyaratan untuk masuk pasar Jepang cukup rumit dibandingkan ke Singapura lantaran pembeli Jepang harus melihat langsung produknya sekaligus tempat budidayanya.
“Syarat Jepang agak ribet, beda dengan Singapura bisa langsung order. Kalau Jepang mereka maunya lihat dulu ke tempat lokasi, sumber airnya bagaimana, dan lainnya. mudah-mudahan kami bisa menembus pasar ke sana,” imbuhnya.
Derry menambahkan, BI Jatim terbuka dengan semua UKM yang siap ingin ekspansi ke luar negeri dan bersedia mencarikan pasar. Sebagai salah satu syarat mutlak masuk ekspor, katanya,pelaku UKM harus juga serius untuk membuat packaging yang bagus dan menarik, barang berkualitas, tidak kedaluwarsa serta bebas bahan kimia.
“Dan yang paling penting harus bisa menjamin kontinuitas, jangan sudah ekspor sekali lalu order berikutnya molor produksi dan pengiriman, lalu berikutnya kualitas berkurang,” imbuhnya.