Bisnis.com, SURABAYA — Organisasi jaringan pelabuhan internasional atau "International Network of Affiliated Ports" (INAP) mendorong pelayanan bea cukai yang lebih ringkas di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Manager Sumber Daya Manusia dan Umum PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Regional Jawa Timur Sumargo mengungkapkan konferensi ke-20 INAP di Surabaya pada 23 - 24 Januari, adalah momen untuk mengenalkan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya sebagai pelabuhan internasional.
"Selama ini kapal-kapal niaga dari berbagai negara selalu transit di Singapura. Melalui kesempatan ini kami dorong agar langsung sandar ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya," katanya saat dikonfirmasi di Surabaya, Kamis (24/1/2019).
INAP beranggotakan 10 pengelola pelabuhan utama dari sejumlah negara di Asia dan Afrika. Tiga di antaranya adalah pelabuhan di Filipina, yaitu Cebu Port, Subic Bay dan Davao Pon, dua pelabuhan di Korea, yaitu Dangjin Port dan Mokpo Newport Terminal, serta masig-masing satu pelabuhan di Bangladesh, Sri Lanka, Afrika Selatan, Jepang, China dan Indonesia.
Menurut Sumargo, melalui konferensi ke-20 INAP di Surabaya, pada akhirnya terungkap, kapal-kapal niaga yang rata-rata berukuran besar memilih transit di Singapura daripada langsung menuju ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya karena terkendala beberapa hal.
"Saya mencatat ada dua kendalanya, pertama adalah terkait kedalaman kolam di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang dinilai belum memadai untuk disandari kapal niaga berukuran besar. Kedua, mereka merasa pelayanan bea cukai di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya terlalu rumit," katanya.
Untuk kendala kedalaman kolam, Sumargo memastikan pada tahun ini telah dijadwalkan proyek pendalaman di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya oleh PT Pelindo III sebagai pengelolanya.
"Untuk pelayanan bea cukai yang dirasa terlalu rumit, nanti akan kami bicarakan dengan instansi atau pihak lain yang bersangkutan barangkali bisa lebih diringkas," katanya.