Bisnis.com, SURABAYA - Kalangan pengusaha pelayaran dan logistik menyambut baik adanya penurunan tarif handling alih muat atau transhipment di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya guna meningkatkan volume peti kemas domestik.
Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan selama ini biaya transhipment memiliki porsi sebesar maksimal 20% terhadap total biaya logistik.
"Dengan adanya penyesuaian tarif menjadi 65% dari tarif normal ini, diharapkan bisa menekan cost logistic kita sehingga memacu pertumbuhan volume peti kemas domestik hingga satu sampai dua kali lipat," katanya seusai acara Kerja Sama Pelindo III dengan Perusahaan Pelayaran, Senin (14/1/2019).
Dia mengatakan selama ini industri pelayaran maupun pelabuhan sering fokus pada kinerja direct call pelayaran petikemas internasional. Padahal, arus petikemas dalam negeri sangat potensial.
"Selama ini kita kurang fokus untuk domestik, sekarang kita perlu fokus terhadap blue print dalam negeri, yang diharapkan bisa meningkatkan daya saing dan logistic index performance Indonesia," imbuhnya.
Ketua Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Surabaya, Stenven Lesawengen menilai langkah penerapan tarif 65% transhipment peti kemas domestik antar terminal sebesar 65 persen itu sangat positif.
Baca Juga
Hanya saja, bagi pengusaha pelayaran, penurunan tarif tersebut tidak terlalu signifikan terhadap biaya-biaya operasional yang harus dikeluarkan perusahaan.
"Karena biaya terbesar dalam operasional logistik yakni sewa gudang di area pelabuhan yang porsinya bisa mencapai 30%," katanya.