Bisnis.com, MADIUN – Debit air di Waduk Saradan mulai menyusut sejak bulan Juni 2018. Kemudian saat musim kemarau, debit air setiap hari surut hingga akhirnya pada September akhir Waduk Saradan nyaris kering.
Waduk Saradan mengering saat musim kemarau sudah menjadi rutinitas setiap tahun. Saat air di waduk hampir habis, selalu dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk mencari ikan.
Pengelola Waduk Saradan, Aris Nurdiyanto, mengatakan sumber air Waduk Saradan yaitu dari air hujan. Biasanya saat musim penghujan, air di waduk ini penuh karena sumber airnya banyak. Namun, saat memasuki musim kemarau sumber air sudah tidak ada sehingga air terus menyusut hingga kering.
"Setiap musim kemarau memang seperti ini. Selalu kering. Warga sekitar waduk banyak yang datang ke waduk untuk mencari ikan," terang dia saat ditemui di kantornya, Jumat (28/9/2018).
Aris menuturkan saat ini ketinggian air di waduk hanya tersisa 1 meter. Itu pun sebagian sudah tertutup sedimentasi yang cukup tebal.
Waduk Saradan ini berfungsi untuk menampung air hujan dan untuk kebutuhan irigasi pertanian 11 desa di wilayah Saradan, Kabupaten Madiun.
Meski waduk mengering, ujar Aris, para petani di sekitar waduk tidak kesulitan untuk mendapatkan air. Hal ini karena petani sudah membangun sumur dalam untuk pengairan sawah mereka.
Lebih lanjut, warga mencari ikan di waduk sudah tiga hari ini. Mereka menggunakan berbagai alat untuk mencari ikan di waduk yang mulai mengering.
"Ada beberapa jenis ikan yang ada di waduk yaitu nila, betik, kutuk, wader, dan lainnya. Sejauh ini tidak menimbulkan gejolak. Sudah tiga hari ini warga mencari ikan di waduk," jelas dia.