Bisnis.com, MALANG – Kementerian Pertanian mendorong BUMN untuk teribat dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah lewat skema program kemitraan.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Ditjen PKH Kementan Fini Mufiani produksi susu dalam negeri masih jauh dari mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan nasional, sehingga perlu untuk terus dikembangkan.
“Peningkatan skala usaha kepemilikan ternak bagi peternak merupakan salah satu solusi untuk mendongkrak peningkatan populasi sapi,” ujarnya.
Dia mengemukakan hal terebut di sela-sela penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara PT Jasindo selaku BUMN dengan Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (22/9/2018).
Fini menyebutkan produksi susu segar nasional 2017 masih rendah, yakni 922.900 ton dan sampai saat ini 79,2% kebutuhan susu masih diimpor.
Hal tersebut terjadi karena perkembangan populasi dan produktivitas sapi perah masih belum sesuai harapan. Di sisi lain, kepemilikan sapi perah masih kecil atau rata-rata dua hingga tiga ekor per peternak.
"Untuk meningkatkan skala usaha peternak sapi perah, kami terus mendorong semua pihak baik swasta maupun BUMN untuk bermitra dengan peternak," ungkap Fini.
Menurutnya, berdasarkan data BPS pada 2017, rumah tangga peternakan sapi perah nasional saat ini sebanyak 142.000 yang sebagian besar merupakan peternak kecil dengan kepemilikan sapi perah krang dari empat ekor.
Sisi positifnya, hal itu bisa dijadikan peluang karena dengan meningkatkan skala kepemilikan sapi di rumah tangga peternakan, akan dimungkinkan terjadinya peningkatan populasi sapi perah di dalam negeri. Apalagi pemula beternak sapi perah tidak mudah dibandingkan dengan beternak komoditas lainnya.
Untuk pengembangan sapi perah, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah, a.l bantuan ternak, program Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting), subsidi bunga KUPS dan KUR, bantuan premi asuransi, dan fasilitasi pengembangan investasi dan kemitraan.
Namun, dengan keterbatasan APBN saat ini, dia menegaskan, tidak memungkinkan penambahan sapi difasilitasi oleh pemerintah. Untuk itu diperlukan sumber-sumber pembiayaan yang murah melalui nonAPBN.
Yang dilakukan oleh PT Jasindo merupakan contoh pembiayaan murah bagi peternak sapi perah yang dilakukan BUMN lewat Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) bekerja sama dengan KAN Jabung.
Menurut Fini, Program Kemitraan (PK) dari BUMN ini merupakan salah satu sumber pembiayaan yang murah, yaitu dengan bunga 3% dan lama pengembalian 3 tahun. "Skema ini sangat sesuai untuk kriteria usaha sapi, baik sapi perah maupun sapi potong."
Skema bantuan pinjaman dengan bunga yang sama telah lama diusulkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, namun baru disetujui berupa KUR dengan bunga 7%.
"Kami memberikan apresiasi kepada Jasindo yang telah percaya kepada usaha peternakan dan meluncurkan Program Kemitraan BUMN kepada 50 orang untuk pembelian 50 ekor sapi perah oleh KAN Jabung dengan total pembiayaan Rp1 miliar," kata Fini.
Dia berharap hal itu merupakan langkah awal Jasindo bermitra dengan peternak. Ke depan, diharapkan lebih banyak BUMN yang bermitra, sehingga peternak kecil akan terbantu dan percepatan peningkatan produksi susu sapi di dalam negeri lebih cepat terealisasikan.
Fini juga mengapresiasi KAN Jabung yang mengambil peran luar biasa dalam pemberdayaan peternak, dengan menjadi offtaker dan avalis serta melakukan pendampingan dan pemberdayaan.
"Kami berharap lebih banyak lagi koperasi-koperasi bahkan swasta baik IPS maupun farm ikut berperan sebagai pendamping, avalis dan off taker bagi peternak kecil, sehingga kita bersama-sama berkembang dan mewujudkan percepatan peningkatan produksi susu nasional," lanjut Fini.
Selain PT Jasindo, di Jawa Timur juga telah ada program kemitraan dengan peternak sapi perah yang sudah dilaksanakan oleh PT Sucofindo dan PT Pelabuhan Indonesia III dengan Koperasi Setia Kawan di Kabupaten Pasuruan sebesar Rp15,2 miliar untuk 24 kelompok yang beranggotakan 554 orang dengan jumlah sapi yang dimiliki sebanyak 1.080 ekor.
Sucofindo juga telah memfasilitasi program Bina Lingkungan dengan mendukung pengembangan kampung susu sebagai agrowisata dan edukasi di Koperasi Setia Kawan Pasuruan. Fini Murfiani meyakinkan, apabila PKBL ini dimanfaatkan dengan baik, maka akan lebih banyak lagi PKBL bagi peternak.
Bina Lingkungan (BL) untuk sapi perah, kata Fini, dapat berupa sarana pengolahan biogas, pupuk, alat angkut susu berpendingin, alat pengolahan pakan, dan lainnya.
Kabiro PKBL PT Jasindo Reni Rizal berharap peternak betul serius mengembangkan usahakan peternakan sapi perah yang didanai BUMN tersebut. Dengan lancarnya pengembalian pinjaman dana PKBL, akan lebih banyak peternak yang menikmati bantuan tersebut.