Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Larungan Telaga Ngebel & Harapan di Tahun Baru Hijriyah

Larungan Telaga Ngebel memiliki makna spiritualitas tinggi bagi masyarakat Ponorogo.
Abdul Jalil
Abdul Jalil - Bisnis.com 12 September 2018  |  04:33 WIB
Larungan Telaga Ngebel & Harapan di Tahun Baru Hijriyah
Larung di Telaga Ngebel. - JIBI
Bagikan

Bisnis.com, PONOROGO — Larungan Telaga Ngebel memiliki makna spiritualitas tinggi bagi masyarakat Ponorogo, khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan Telaga Ngebel. Larungan ini menjadi bentuk rasa syukur masyarakat atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan selama satu terakhir.

Larungan di Telaga Ngebel ini menjadi salah satu agenda budaya yang setiap tahun digelar yaitu setiap tanggal 1 Sura atau tahun baru Hijriyah. Sebelum tradisi larungan digelar, malam harinya masyarakat uga menggelar ritual di kawasan Telaga Ngebel dengan menyalakan sekitar seribu obor.

Ketua Panitia Larungan Telaga Ngebel, Suryadi, mengatakan tradisi larungan saat 1 Sura sudah menjadi tradisi. Ada makna yang terkandung dalam tradisi yang telah turun temurun itu. Seperti adanya dua tumpeng agung yang dikirab mengelilingi telaga. Itu merupakan bentuk rasa sukyur atas rahmat dari Tuhan.

Dari dua tumpeng yang disediakan, satu tumpeng dilarung ke telaga dan satu tumpeng berisi buah dan sayuran diperebutkan masyarakat. Sedangkan delapan tumpeng kecil seluruhnya diperebutkan masyarakat.

“Ini menjadi bentuk rasa syukur terhadap kenikmatan yang diberikan Tuhan. Tadi malam kami juga melakukan ritual dengan menyalakan seribu obor dan berziarah di makam kuna yang ada di Ngebel,” jelas dia.

Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni, mengatakan satu tumpeng dilarung di Telaga Ngebel ini memiliki arti supaya seluruh kotoran dan sifat-sifat buruk rontok saat memasuki tahun baru.

Ipong menyebut antusiasme masyarakat untuk melihat dan menikmati tradisi ini cukup tinggi. Tradisi tersebut bisa menjadi salah satu obyek wisata untuk memperkuat pariwisata Ponorogo.

“Larungan Telaga Ngebel ini berdasarkan legenda asal muasal Telaga Ngebel. Tradisi ini bisa menjadi modal untuk memperkuat pariwisata di Ponorogo. seperti di Bali, tradisinya kan uga kuat. Kita akan kembangkan terus,” jelas Ipong.

Pemerintah berjanji akan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada di Telaga Ngebel. Menurut dia, selama ini salah satu kekurangan di obyek wisata ini adalah faktor sarana dan prasarana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

ponorogo

Sumber : JIBI/Solopos

Editor : Miftahul Ulum
Bagikan

Bergabung dan dapatkan analisis informasi ekonomi dan bisnis melalui email Anda.

Artikel Terkait



Berita Terkini

Terpopuler

Banner E-paper
back to top To top