Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laboratorium Kesehatan Ikan Internasional Akan Dibangun di Situbondo

Kementerian Kelautan dan Perikanan menyiapkan dua kandidat laboratorium kesehatan ikan di Sukabumi dan Situbondo sebagai acuan internasional.

Bisnis.com, DENPASAR--Kementerian Kelautan dan Perikanan menyiapkan dua kandidat laboratorium kesehatan ikan di Sukabumi dan Situbondo sebagai acuan internasional.

Laboratorium Kesehatan Ikan pada Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi akan diajukan sebagai acuan untuk deteksi penyakit Koi Hervest Virus (KHV), sedangkan Laboratorium Kesehatan Ikan pada Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo untuk rujukan penyakit udang.

Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, dalam keterangannya di Bali ‎mengatakan kedua laboratorium terus melakukan upaya-upaya untuk memenuhi persyaratan standarinternasional yakni mencakup persyaratan teknis, prosedur, peralatan dan penguatan sumberdaya manusiannya. Diharapkan 2018 ke dua laboratorium tersebut dapat lulus sebagai satu-satunya laboratorium acuan Badan Kesehatan Hewan Dunia /OIE (The World Organisation for Animal Health) di Indonesia.

"Saya optimis ke-dua laboratorium yang kami rekomendasikan akan lulus dalam Twinning Program ini, sehingga akan menjadi laboratorium pertama di Indonesia yang diakui Badan Kesehatan Hewan Dunia dan berskala internasional. Nantinya hasil uji dari laboratorium ini akan menjadi acuan bagik keberterimaan produk perikanan budidaya Indonesia, karena hasilnya diakui oleh Badan Perdagangan Dunia/World Trade Organization [WTO]," jelasnya melalui rilis, Minggu (27/8/2017).

Dia menekankan ada dua keuntungan yang dapat dipetik Indonesia jika kedua laboratorium menjadi acuan OIE. Pertama, laboratorium akan terstandar secara internasional, sehingga tingkat presisi pengujian sangat tinggi.

Kedua, keberadaanya akan dapat memfasilitasi akses perdagangan internasional, misalnya Indonesia dapat mengeluarkan sertifikat bebas KHV dalam perdagangan koi dunia

Slamet menuturkan‎ OIE memfasilitasi ke dua laboratorium tersebut melalui Twinning Program. Untuk pendeteksian KHV, BPBAT Sukabumi bekerjasama denganNational Research Institute of Aquaculture Fisheries Research Agency (MIE-Jepang), sedangkan untuk penyakit udang BPBAP Situbondo akan bekerjasama dengan Laboratory of Aquaculture, Universitas Arizona, Amerika Serikat sebagai Parent Laboratory.

Menurutnya,dukungan OIE terhadap Indonesia dalam memfasilitasi pengembangan laboratorium kesehatan ikan berskala Internasional memberikan dampak yang sangat penting. Terutama, tegasnya, dalam meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di kancah perdagangan global saat ini.

Selain itu akan memberikan dampak yang sangat positif bagi peningkatan daya saing produk perikanan budidaya khususnya ikan hias koi dan udang di pasar global. OIE tentunya telah mempertimbangkan bahwa sebagai negara produsenperikanan budidaya terbesar ke dua dunia.

"Indonesia memiliki peran strategis dalam menopang ketahanan pangan global di masa yang akan datang," paparnya dalam sambutan tertulis workshop “The OIE Twinning Laboratory Project, di Bali. Ajang workshop tersebut juga dihadiri oleh beberapa negara diantaranya Jepang, Thailand dan Korea Selatan.

Dia mengungkapkan bahwa isu penyakit dalam bisnis akuakultur telah secara nyata mengakibatkan trade barrierdalam siklus perdagangan perikanan global saat ini. Karena itu, setiap negara mulai memperketat persyaratan teknis terhadap lalu lintas seluruh produk perikanan budidaya. Upaya tersebut antara lain melalui penerapan risk analysis importasi secara ketat ketat.

Dirinya mencontohkan, fenomena merebaknya penyakit KHV pada ikan mas termasuk ikan hias koi di berbagai negara di dunia, telah secara nyata menurunkan transaksi bisnis perdagangan koi di dunia termasuk Indonesia. Karenanya, saat ini perdagangan Ikan koi di dunia memerlukan persyaratan bebas dari penyakit KHV, dimana persyaratan ini diperoleh secara terbatas, karena saat ini baruada 2 acuan laboratorium yang diakui dunia yakni di Jepang dan Inggris.

Pada 2016 volume produksi ikan hias koi nasional tercatat sebanyak 404.329.000 ekor. Angka inidiprediksi akan terus meningkat seiring upaya pemerintahyang terus mendorong penguatan daya saing usaha budidayaikan hias nasional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Feri Kristianto
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper