Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian dinilai perlu meningkatkan alokasi dana riset untuk pengembangan industri perbenihan, agar dapat mencapai target swasembada pangan.
Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia menyebut alokasi dana riset sangat kecil. Itupun, dana riset masih difokuskan pada riset penciptaan varietas.
Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan MPPI Dwi Asmono menyebut rata-rata alokasi riset nasional hanya 0,2% dari PDB. Sejumlah negara maju mengalokasikan dana riset 5% dari PDB.
Agar riset menjadi tulang punggung inovasi, kata dia, mestinya proporsi terhadap PDB tinggi. Paling tidak alokasi sekitar 2%, akan dapat menghasilkan pengembangan benih yang signifikan.
Tak hanya soal alokasi dana riset yang minim. Persoalan lain, pengembangan benih seringkali berhenti pada penciptaan varietas. Sementara, sistem produksi dan distribusi tidak terbangun. Akibatnya, penyaluran benih unggul tak sampai ke petani, sehingga tidak optimal mendukung swasembada pangan.
"Jika bicara benih, semestinya riset penciptaan varietas, riset sistem produksi, sistem distribusi menjadi satu kesatuan inovasi dalam pengembangan industri perbenihan," kata dia dihubungi Rabu (23/8/2018).
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo menyebut, lebih dari 40% benih yang digunakan petani belum bersertifikat. Dia merinci rata-rata kebutuhan benih tanaman padi dalam kurun waktu 2009-2015 sebesar 344.858 ton untuk luas tanam 13,79 juta ha.
Sementara, penyerapan benih bersertifikat hanya sebesar 188.728 ton atau 57,73%. Kondisi serupa juga terjadi pada benih tanaman jagung. Dari kebutuhan 73.662 ton untuk luas tanam 4,09 juta ha, penyerapan benih bersertifikat hanya 43.460 ton atau 58,66%. Begitu pula pada benih tanaman kedelai.
Dari kebutuhan sebanyak 31.640 ton untuk luas tanam 0,76 juta ha, penyerapan benih bersertifikat hanya sebesar 16.120 ton atau 50,67%. Akibat penggunaan benih yang tidak bersertifikat, maka produktivitas khususnya pada padi tidak meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir.
MPPI berharap rencana Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengalokasikan Rp5,5 triliun di APBNP 2017 dan usulan RAPBN 2018 untuk benih, semestinya menjadi peluang untuk memperbaiki industri perbenihan nasional.
Alokasi riset benih tidak saja fokus pada penciptaan varietas, tetapi juga peningkatan kapasitas produksi dan distribusi. "Jangan sampai punya varietas banyak tetapi tidak terserap oleh user," ujarnya.