Bisnis.com, MALANG — Jawa Timur dinilai sebagai provinsi paling dinamis menjelang Pemilu Presiden 2024 karena jumlah pemilih terbanyak setelah Jawa Barat, isu-isu sensitif sering muncul, serta tokoh-tokoh sentralnya yang menjadi opinion leader nasional juga memiliki andil menghangatnya suhu politik.
Demikian beberapa poin yang mengemuka pada pra-launching buku “Jurnalisme Profetik Perspektif Islam Berkemajuan”, Sabtu (13/1/2024). Buku yang diterbitkan Majlis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah – Aisyiyah (APIK PTMA), itu akan dikupas di kampus Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Sabtu-Minggu (26-27/1/2024).
Ketua Prodi Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nasrullah, mengapresiasi kinerja kepolisian, khususnya Polda Jawa Timur yang berhasil menjaga kondusifitas di tengah-tengah tarikan isu kenetralannya. “Saya lihat pendekatan yang dilakukan oleh aparat dan kerja sama dengan masyarakat cukup baik,” puji Nasrullah yang juga menjadi salah satu penulis buku tersebut.
Jatim, kata dia, merupakan provinsi dengan fragmentasi masyarakat yang paling majemuk. Budayanya terbentang dari kultur Mataraman, Tapal Kuda, Madura, hingga budaya Arek.
Hal ini mempengaruhi cara berkomunikasi yang lebih low-context. Gaya komunikasi ini lebih terbuka, blak-blakan, tetapi cenderung tidak menyimpan dendam. “Budaya semacam itu menjadi modal sosial yang baik. Pisuhan dan gojlokan, misalnya, tidak selalu berkonotasi negatif malah sebagai simbol keakraban,” ungkapnya.
Dalam kontestasi Pilpres kali ini, ada dua nama calon yang beririsan kuat dengan Jawa Timur yakni Mahfud MD Cawapres pasangan Capres Ganjar Pranowo dan Muhaimin Iskandar Cawapres pasangan Capres Anies Baswedan. Keduanya memiliki pengaruh kuat di basis pemilih Jatim.
Baca Juga
Di sisi lain kubu Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, juga mengklaim memiliki dukungan dari kelompok ulama NU dan Muhammadiyah Jawa Timur.
Selain itu, dinamika Jatim juga diwarnai oleh diberhentikannya ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar oleh PBNU. Tak pelak publik menilainya penuh dengan aroma politik.
Untuk menjaga agar Pilpres tetap kondusif, Nasrullah, menyarankan agar aparat tidak perlu terlalu represif terhadap ungkapan-ungkapan spontan masyarakat, termasuk di media sosial. Memonitor potensi konflik perlu, tetapi tidak perlu berlebihan.
Ketua Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (APIK PTMA), Himawan Sutanto, mengatakan momen politik ini dimanfaatkan untuk memperkuat prodi-prodi Komunikasi merancang muatan kurikulum jurnalistik dengan nilai-nilai profetik.
“Fenomena hoakspolitik dapat dibendung dengan kualitas informasi yang baik. Kualitas informasi itu harus diambil dari proses jurnalistik yang bertanggung jawab,” ungkapnya. (K24)