Bisnis.com, SURABAYA — Kalangan pengusaha alas kaki dan sepatu di Jawa Timur menilai industri sepatu tahun ini perlu terobosan baru agar dapat terus bertahan di tengah tantangan ekonomi global.
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim, Winyoto Gunawan mengatakan sejak tahun lalu, industri tekstil, kulit dan alas kaki menghadapi tantangan yang tidak mudah, bahkan di Jawa Barat kondisi industri ini sedang tidak baik-baik saja karena banyak terjadi pengurangan karyawan akibat dampak dari krisis Eropa.
“Jika di Banten Jabar dan Jakarta banyak penurunan jam kerja, di Jatim hanya terjadi pengurangan lembur saja,” jelasnya, Selasa (17/1/2023).
Dia melanjutkan, industri alas kaki di Jatim ini kebanyakan perusahaan menegah ke bawah, dan hanya satu yang besar tapi sudah tutup sehingga yang masih ada saat ini harus bertahan.
“Untuk itu semua permasalahan yang menghambat harus segera diselesaikan agar industri alas kaki bisa bertahan,” imbuhnya.
Dia mengatakan saat ini saja, industri alas kaki masih menghadapi banyak tantangan dalam negeri seperti masalah proses pengurusan perizinan yang sangat lama, misalnya proses Verifikasi Kemampuan Industri (VKI), serta kuota VKI pada Dinas Perindustrian dan VKI di Dinas perdagangan yang berbeda.
Baca Juga
“Selain itu, ada kendala di Neraca Komoditas (NK) sudah berstatus disetujui tetapi belum ada tindakan lanjut dari dinas terkait,” katanya.
Winyoto menambahkan, lama proses perizinan tersebut dapat berdampak pada menipisnya stok bahan baku yang jika dibiarkan secara terus menerus akan mempengaruhi keberlansugan bisnis perusahaan.
Data Aprisindo mencatat, kinerja ekspor sepatu atau alas kaki di sepanjang Januari - September 2022 berhasil naik 35,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kinerja ekspor sepatu yang mampu tumbuh dengan baik ini merupakan imbas dari ada kebijakan lockdown yang dilakukan China, sehingga banyak buyer yang mengalihkan order sepatu ke pabrikan di Indonesia.
“Order para buyer yang semula dilakukan di China ini telah dialihkan ke Indonesia dan Vietnam, bahkan sejak pandemi 2020 sampai saat ini. Pabrikan sepatu kita menikmati kenaikan ekspor,” kata Ketua Umum Aprisindo, Eddy Widjanarko.
Menurutnya, akibat perlambatan ekonomi, konsumen akan membatasi belanjanya sehingga menyebabkan over stock di toko-toko. Bahkan ada beberapa brand besar yang sudah menyatakan akan mengurangi order ke semua negara tempat produksinya hampir 50 persen.
"Setidaknya tiga brand besar sepatu untuk keperluan olahraga sudah menyatakan pengurangan order yang akan berlaku 5-6 bulan ke depan dengan harapan stok yang masih menumpuk di toko sudah terjual,” imbuhnya.