Bisnis.com, MALANG — Permintaan rumah tipe rumah bersubsidi maupun tipe rumah menengah-bawah di Jatim masih melesu di triwulan III/2020.
Ketua DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jatim Makhrus Sholeh mengatakan pada triwulan III/2020, penurunan permintaan rumah bersubsidi mencapai 40 persen, sedangkan rumah menengah bawah penurunannya antara 40-50 persen bila dibandingkan sebelum adanya Covid-19.
“Kondisinya lebih melesu bila dibandingkan akhir triwulan II/2020 yang sudah naik menjadi 70 persen yang pada awal turun hingga tinggal 40%,” katanya di Malang, Selasa (13/10/2020).
Pada masa normal atau sebelum Covid-19, penjualan rumah mencapai 1.800 unit/bulan yang disediakan pengembang yang tergabung dalam Apersi Jatim. Jumlah anggota Apersi Jatim mencapai 300-an pengembang.
Melesunya penyerapan rumah bersubsidi dan rumah menengah-bawah, menurut dia, karena bank sangat hati-hati dalam menyalurkan KPR. Mereka takut NPL-nya terdongkrak dengan kondisi ekonomi yang masih melesu.
Faktor lain, daya beli masyarakat juga menurun sehingga permintaan terhadap rumah pun juga ikut terdampak.
Baca Juga
Dengan kondisi yang seperti itu, dia berharap bank agak melonggarkan dalam penyaluran KPR, terutama untuk rumah bersubsidi. Bank seharusnya tidak perlu terlalu khawatir terkait keamanan kredit karena KPR ada kolateralnya, yakni tanah dan bangunan. Selain itu, KPR juga diasuransikan sehingga relatif aman.
Pelonggaran terkait persyaratan KPR itu, kata dia, terutama diperlukan memasuki triwulan IV/2020 sehingga sektor properti dapat kembali bergairah. Bergairahnya sektor properti juga bisa ditunjang dengan mulai bangkitnya sektor riil dengan lebih percaya dirinya masyarakat beraktivitas karena semakin membaiknya penanganan Covid-19 di Jatim.
Lagi pula, bank-bank BUMN dan bank pembangunan daerah mendapatkan kucuran dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sehingga dari sisi pendanaan tidak masalah. Ada ruang yang lebih luas dalam menyalurkan kredit.
“Karena itulah, mudah-mudahan kondisi bisnis properti di triwulan IV/2020 semakin membaik dengan semakin percaya dirinya bank dalam menyalurkan KPR dan mulai membaiknya pendapatan masyarakat,” ujarnya.
Kepala OJK Malang Sugiarto Kasmuri menegaskan secara umum penyaluran kredit di Kota Malang, terutama konstruksi, sampai dengan Juli 2020 tetap tumbuh secara tahunan, yakni 2,15 persen, Jatim minus -2,9 persen.
Kredit sektor perdagangan tumbuh positif 1,21 persen, kredit sektor industri pengolahan tumbuh 7,63 persen, kredit sektor konstruksi tumbuh 17,15 persen, kredit rumah tinggal tumbuh 1,01 persen, dan hanya sektor jasa pendidikan turun -7 persen.
“Saya telah melihat sendiri ke lapangan tentang aktivitas pengembang. Intinya, masih jalan di tengah pandemi ini,” ujarnya. (K24)