Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspansi Operator Co-Working Ramaikan Pasar Perkantoran Surabaya

Colliers International menyebut ada peluang bagi pengembang gedung perkantoran di Surabaya dengan adanya tren ekspansi operator co-working space (ruang kerja bersama) meski okupansi masih akan terkoreksi tahun ini.
Salah satu sudut kota Surabaya, Jawa Timur/Antara-Zabur Karuru
Salah satu sudut kota Surabaya, Jawa Timur/Antara-Zabur Karuru

Bisnis.com, SURABAYA - Colliers International menyebut ada peluang bagi pengembang gedung perkantoran di Surabaya dengan adanya tren ekspansi operator co-working space (ruang kerja bersama) meski okupansi masih akan terkoreksi tahun ini.

Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers International, mengatakan aktifnya perusahaan operator co-working space seperti Co-Hive dan Regus yang sudah merambah Surabaya saat ini bisa menghidupkan suasana pasar perkantoran bahkan cukup menguntungkan bagi pengembang karena gedungnya bisa terserap.

“Walaupun gedungnya pengembang itu disewa/dibeli untuk disewakan lagi, tetapi co-working space bisa menghidupkan suasana, dan aktivitas akan terjadi karena yang punya ritel pun bisa hidup, ada transaksi di sana,” katanya, Rabu (19/2/2020).

Dia mengatakan sinergi antara pemilik gedung dengan operator co-working ini setidaknya bisa meningkatkan hunian kantor di atas 60%. Sebab, jika okupansi gedung hanya di bawah 60%, maka pemilik gedung bisa merugi akibat biaya operasional yang tinggi.

“Gedung kantor kalau huniannya di bawah 60%, maka dia harus nombok operasional seperti biaya listrik, lift, dan sekuriti. Kalau okupansi bisa di atas 60% biaya itu ter-cover dan pengembang bisa survive,” jelasnya.

Meski ada peluang, kata Ferry, tingkat hunian gedung kantor di Surabaya tahun ini masih akan terkoreksi lantaran permintaannya tidak bisa mengimbangi jumlah pasokan gedung baru. Tahun lalu saja, tingkat hunian gedung kantor di Surabaya turun 9% menjadi hanya 68,8%.

Berdasarkan data Colliers International, 2020 ada tambahan pasokan gedung perkantoran baru dengan total 250.000 m2 yang dikontribusi oleh 8 gedung, beberapa di antaranya adalah Praxis 12.000 m2 dan Spazio 20.000 m2 garapan Intiland, dan Telkom Smart Office 21.057 m2.

Adanya pasokan baru yang cukup besar itu akhirnya belum mampu mengangkat tarif sewa gedung mengingat tingkat persaingan gedung pencakar langit juga semakin ketat. Akibatnya pengembang masih akan menahan tarif sewa guna mendorong serapan.

“Namun ketersediaan pasok yang relatif melimpah dalam 2-3 tahun ke depan ini seharusnya menjadi kesempatan baik bagi penyewa untuk menempati gedung baru dengan harga sewa yang kompetitif,” imbuh Ferry.

Sementara itu, Presiden Direktur Satoria Group Alim Satria mengatakan potensi pasar properti ke depan masih sangat terbuka lebar, bahkan untuk gedung perkantoran. Menurutnya hal itu karena pemerintah telah gencar mendorong investor asing untuk masuk ke Jatim yang berdampak pada kebutuhan ruang kantor ketika investor berekspansi.

“Banyak investor yang ingin masuk seperti dari Korea Selatan dan Amerika Serikat, tentunya mereka membutuhkan kantor. Tahun lalu, gedung kami Satoria Tower pun sudah dihuni oleh BNI sebanyak 3 lantai,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper