Resolusi Tahun Baru. Mimpi atau Rencana?

Kita baru saja memasuki tahun baru 2020. Seperti laiknya di tahun - tahun yang lalu, kita mengharapkan yang terbaik di setiap pergantian tahun. Harapan dibumbungkan di tahun yang baru.

Bisnis.com, SURABAYA -- Kita baru saja memasuki tahun baru 2020. Seperti laiknya di tahun - tahun yang lalu, kita mengharapkan yang terbaik di setiap pergantian tahun. Harapan dibumbungkan di tahun yang baru.

Seiring dengan harapan itu dibentuklah sebuah rencana atau yang lebih sering disebut resolusi. Namun benarkah ini rencana yang bisa dilaksanakan atau jangan - jangan hanya sekedar mimpi yang tidak akan pernah terwujud?

Mari kita simak perbedaan - perbedaan mendasar antara Mimpi dan Rencana.

1. Mimpi jarang diumumkan, sedang rencana wajib diumumkan.

Letak pembeda mendasar pertama ini menyatakan bahwa setiap rencana wajib diceritakan kepada pihak – pihak yang berwenang dan berkepentingan untuk kita mewujudkan rencana tersebut. Sedangkan mimpi jarang melibatkan kepentingan orang lain, dan lebih sering hanya untuk konsumsi pribadi kita.

Ini penyebab utama kita tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam mencapai rencana tersebut. Jika tidak ada yang paham akan mimpi kita, maka jika tidak terwujud pun tidak ada satu orangpun selain kita, yang tahu bukan?

2. Mimpi tidak mempunyai "Harga" sedangkan setiap rencana pasti ada "Harga" yang wajib kita "bayar".

Sebuah rencana yang solid wajib menjelaskan ketidaknyamanan atau konsekuensi yang harus kita penuhi/ jalani demi hasil yang kita dambakan. Contoh : bila kita ingin menaikkan omzet 20%, maka kita wajib men-training team sales kita, kita juga wajib menekankan target kepada mereka dan terutama meluangkan waktu untuk membimbing team ini mencapai target. Ini adalah sedikit dari "harga" yang anda wajib bayar demi sebuah peningkatan omzet 20%.

3. Mimpi tidak memiliki Reward and Punishment.

Sebuah rencana wajib memiliki Reward bila mencapai dan Resiko (punishment) bila tidak tercapai. Reward dari Mimpi biasanya adalah tercapainya mimpi itu sendiri. Sedangkan reward sebuah rencana tidak sama dengan terlaksananya sebuah rencana itu sendiri. Contoh: Berencana menaikkan omzet 20%, dan jika tercapai harus dibarengi dengan bonus atau hadiah atas tercapainya rencana tersebut. Demikian juga dengan resiko (punishment) dari rencana tidak sama dengan ketidak tercapaian sebuah rencana.

Contoh: "Apa punishment jika tidak mencapai kenaikan omzet 20%? Jawabannya tentu bukan: "tidak memperoleh bonus!" Punishment harus bersifat minus alias memberatkan. Tidak mendapatkan bonus tidaklah memberatkan karena kita toh belum dapat bonusnya di awal. Maka punishment yang betul contohnya adalah : hilangnya jatah uang lembur selama 1 bulan? misalnya.

Intinya: Buatlah sebuah Reward dan Punishment yang objektif dari sebuah rencana.

Nah, apakah resolusi anda masih bernuansa "mimpi" atau sudah sampai level "bisa dilaksanakan"?

Happy New Year!

Salam the next level.

Humphrey Rusli

Certified Executive and Business Coach

ActionCOACH BARACoaching

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper