Bisnis.com, SURABAYA — Pelaku usaha pergulaan nasional akan mengupayakan perluasan lahan tebu dengan berbagi cara mengingat kinerja produksi gula nasional yang sulit tumbuh akibat berkurangnya lahan tanaman tebu.
Ketua Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi), Dwi Satriyo Annurogo, mengungkapkan dalam 5 tahun terakhir jumlah lahan tanaman tebu menurun sampai 27.000 ha, yakni dari 202.000 ha pada 2014 kini tersisa 175.000 ha akibat alih fungsi lahan.
"Sedangkan 48% produksi tebu atau gula nasional berada di wilayah Jatim. Kalau di Jatim turun, secara nasional produk gula juga ikut turun," katanya di sela-sela National Sugar Summit 2019, Kamis (12/12/2019).
Untuk meningkatkan produksi gula ke depan dan menuju swasembada gula nasional, IKAGI bersama dengan Asosiasi Gula Indonesia (AGI) akan merumuskan solusi pergulaan melalui Sugar Summit kali ini.
"Solusi yang paling utama ini adalah penambahan lahan tebu bisa melalui kerja sama Agroforestry ataupun membeli lahan sendiri, karena sebenernya produksi gula itu kuncinya ada di on farm atau kebun," katanya.
Selain itu, perusahaan gula juga perlu menjadi avalis bagi mitra petani yang menjamin pembelian tebu supaya petani bisa mendapatkan akses kredit usaha dari perbankan.
"Industri juga perlu membantu memberikan bibit tebu dengan varietas yang bagus kepada petani supaya menambah gairah petani untuk mau menanam dan memperluas lahan tebunya," imbuhnya
Dwi yang juga Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X itu juga berencana menambah 7.000 - 8.000 ha lahan tanaman tebu secara bertahap dalam 5 tahun ke depan.
Penambahan lahan ini dilakukan dengan cara kerja sama Agroforestry dengan Perhutani dengan memanfaatkan lahan hutan yang potensial, serta membeli lahan sekitar 298 ha.
"Untuk PTPN X saja kerja sama Agroforestry kita 5.661,5 ha itu berada di wilayah Jombang, Bojonegoro, Blitar, tapi jumlah itu bertahap, tahun ini 423 ha, tahun depan 500 ha, dan seterusnya," jelasnya.
Direktur Eksekutif AGI, Budi Hidayat, menambahkan kerja sama pemanfaatan lahan juga bisa dilakukan dengan instansi lain yang memiliki lahan idle, termasuk dengan pemda-pemda yang punya lahan tidak produktif.
"Kerja sama dengan pihak lain juga menjadi solusi, pemda kalau punya lahan idle bisa dimanfaatkan. Kalau ada 3 instansi bisa kerja sama masing-masing 300 ha an saja, kan perluasan lahan bisa tembus 1.000 ha," imbuhnya.
Dia menambahkan, industri gula saat ini juga tidak bisa hanya mengandalkan produk gula, tetapi harus terus berinovasi dalam membuat produk hilir atau turunan tebu misalnya seperti menjadi bioetanol, pupuk hayati, bahkan menjadi energi listrik.
Diketahui, produksi gula nasional saat ini baru mampu mencapai 2,2 juta ton atau sekitar 38% dari total kebutuhan nasional yang mencapai 5,7 juta ton. Sementara, dari sisi kualitas, industri gula juga dituntut melakukan perbaikan kualitas gula yang memenuhi syarat yang dibutuhkan konsumen, khususnya industri makanan dan minuman.