Bisnis.com, SURABAYA - Citibank N.A., Indonesia meyakini bisnis perbankan, salah satunya di sektor penyaluran kredit ke depan bisa meningkat sejalan dengan potensi bertumbuhnya digital ekonomi di Indonesia.
CEO Citibank Batara Sianturi mengatakan potensi digital ekonomi di Indonesia tahun ini diperkirakan mencapai US$40 miliar, dan pada 2025 punya potensi hingga US$133 miliar yang menjadi kesempatan bagi perseroan untuk mengambil bagian.
"Digital ekonomi Indonesia tumbuh tinggi di Asean. Ini bisa kita lihat urbanisasi yang terjadi, lalu tren pembangunan infrastruktur atau transportasi yang berfokus pada perkotaan, bahkan sektor culinary juga luar biasa tumbuhnya. Ini good news buat indonesia," katanya saat Media Update Market Citibank, Selasa (8/10/2019).
Dia mengatakan untuk mengakomodir perkembangan digital ekonomi tersebut, Citibank telah memiliki 2 platform aplikasi digital yakni Citi Direct untuk mengakomodir kebutuhan nasabah korporasi baik untuk transaksi payment, collection dan traffic management.
Sedangkan Citi Mobile yang mengakomodir kebutuhan nasabah konsumer banking seperti tabungan, investasi reksadana atau lainnya, hingga untuk proteksi asuransi.
Batara mengakui pada semester I tahun ini tren penyaluran kredit dari berbagai sektor bisnis cukup terhambat dan tidak sebesar tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh adanya penundaan komitmen kredit dari nasabah seperti adanya momen pemilu presiden, dan agenda-agenda lainnya.
"Semester I ini hampir stagnan, karena yang seharusnya ada komitmen kredit di kuartal II ditunda ke akhir tahun, atau yang harusnya komit di kuartal 4, kelihatannya baru bisa terealisasi awal 2020," jelasnya.
Meski begitu, lanjut Batara, kinerja Citibank semester I/2019 masih menunjukkan pertumbuhan positif pada kinerja laba bersih yang mencapai Rp1,6 triliun atau tumbuh 97% dibandingkan periode sama tahun lalu. Khusus Jawa Timur sendiri, telah berkontribusi sekitar 15% dari total kinerja perseroan.
Pertumbuhan laba bersih ini memberikan kontribusi pada peningkatan Return on Equity (ROE) menjadi 20,14%, meningkat dari 10,31% pada semester I/2018 dan Retun on Asset (ROA) menjadi 4,97%, meningkat dari 2,88% di periode yang sama tahun lalu.
Rasio permodalan dan kualitas aset tetap terjaga dengan baik dengan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 24,56% dan rasio Gross dan Net Non-Performing Loan masing-masing sebesar 2,29% dan 0,44%.
"Selain itu, Citibank juga mempertahankan rasio lending-to-funding (RIM) yang solid sebesar 79,2%," imbuhnya.
Batara menambahkan, perseroan juga fokus menggarap lini institutional banking karena global subsidiaries group Citibank memiliki pangsa pasar di Indonesia untuk segmen Multi-National Corporations (MNCs) melalui inisiatif Asia-to-Asia yang mempromosikan investasi ke Indonesia oleh perusahaan multinasional di Asia.
"Di lini ini, kami memberikan layanan bagi perusahaan yang mau ekspansi ke luar negeri, atau sebaliknya perusahaan luar yang mau ekspansi di Indonesia," imbuhnya.