Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Perhotelan, Pengusaha Jatim Siapkan Strategi Genjot Okupansi

PHRI berharap kondisi beberapa daerah yang sudah berlaku PPKM level 2 dan 3 diharapkan bisa menjadi pengungkit bagi dunia pariwisata meskipun memberikan tantangan tersendiri.
Ilustrasi/Istimewa
Ilustrasi/Istimewa

Bisnis.com, SURABAYA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur telah menyiapkan sejumlah strategi untuk meningkatkan okupansi hotel di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Ketua PHRI Jatim, Dwi Cahyono mengatakan pandemi yang terjadi selama kurang lebih satu setengah tahun ini telah menghantam industri pariwisata. Agar industri ini tetap bisa hidup dan bertahan melewati masa sulit, pengusaha berupaya menyiapkan berbagai startegi.

“PHRI berupaya melakukan langkah-langkah penyelamatan, pertama adalah efisiensi. Pengusaha memilih untuk memberlakukan kebijakan libur tanpa dibayar atau unpaid leave bagi sebagian karyawan,” ujarnya, Senin (6/9/2021).

Menurutnya, jika nanti hotel sudah beroperasi dengan normal, maka para karyawannya akan dipekerjakan kembali. Selain itu efisinesi juga dilakukan terhadap sektor energi seperti listrik dan air.

“Sedangkan langkah kedua adalah membuat paket bundling. Kami berusaha kreatif dengan meluncurkan produk-produk yang sesuai dengan kondisi sekarang, misalnya paket bundling tarif hotel sekaligus tes antigen,” jelasnya.

Dwi mengungkapkan konsep staycation yang sempat menjadi andalan sejak tahun lalu pun ternyata maish belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap okupansi hotel, bahkan masih sangat jauh dari kebutuhan operasional hotel dan restoran.

Bahkan, lanjutnya, momen hari raya yang biasanya mampu mencapai okupansi 100 persen atau minimal 70 persen, ternyata saat pandemi hanya mampu mencapai 30 persen. Khusus di kuartal III ini, okupansi hotel di Jatim sudah mulai meningkat ke angka 20 persen dan diharapkan sampai akhir tahun okupansinya bisa semakin terangkat.

“Hal ini disebabkan pembatasan perjalanan yang diberlakukan pemerintah, yang mana angkutan juga tidak boleh beroperasi. Sementara perhotelan dan pariwisata ini kan basic-nya adalah pergerakan manusia, kalau orang-orang dibatasi bepergian ya bagaimana,” ujarnya.

Meskipun kondisi Covid-19 di Jatim saat ini sudah lebih melandai, tetapi PHRI pun belum bisa memproyeksikan kinerja perhotelan ke depan sebab kondisi yang ada saat ini masih penuh ketidakpastian.

“Kita bahkan tidak tahu kebijakan pemerintah dalam waktu ke depan. Kami mau bikin promosi juga tidak bisa,” katanya.  

Namun begitu, Dwi berharap kondisi beberapa daerah yang sudah berlaku PPKM level 2 dan 3 diharapkan bisa menjadi pengungkit bagi dunia pariwisata meskipun memberikan tantangan tersendiri.

“Kami mulai bersiap-siap karena saat level 2 objek wisata sudah buka. Jadi kami mulai mempersiapkan operasional dan marketingnya, tetapi kami juga khawatir jika ada euforia terus ditutup lagi. Untuk itu berharap pengawasan prokes di tempat umum tetap ketat agar tidak dilakukan penutupan lagi,” ujarnya.

Dwi menambahkan sektor perhotelan sangat membutuhkan stimulus pemerintah seperti pengurangan pajak. Namun hingga kini pemberian stimulus itu belum berlaku merata, sebab yang diberikan saat ini hanya berupa keringanan pajak hotel dan restoran, itu pun hanya berlaku di beberapa daerah saja seperti Kediri, Blitar dan Madiun.

“Sedangkan daerah lain belum ada karena memang bergantung kebijakan pemerintah daerahnya. Selain itu perhotelan juga membutuhkan keringanan PBB diikuti dengan keringanan tarif PLN, BPJS dan kredit perbankan,” imbuhnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan menyebutkan tren kunjungan wisatawan mancanegara yang datang ke Jatim melalui pintu masuk Bandara Internasional Juanda pada Juli 2021 tercatat mencapai 52 kunjungan atau mengalami penurunan 71,27 persen dibadingkan Juni 2021 yang mencapai 181 kunjungan.

“Jumlah kunjungan itu juga turun 31,58 persen jika dibandingkan Juli 2020 yang mencapai 76 kunjungan,” ujarnya.

BPS mencatat, selama Januari - Juli 2021, wisman terbanyak yang datang ke Jatim berasal dari Jepang yang mencapai 95 kunjungan, diikuti kebangsanaan Korea Selatan yang mencapai 64 kunjungan dan kebangsaan China yang mencapai 54 kunjungan.

“Tren kunjungan wisman, ditambah dengan adanya pandemi dan PPKM ini juga berpengaruh terhadap tingkat penghunian kamar (TPK) hotel yang tercatat mencapai 26,25 persen atau turun 17,91 poin. Begitu juga rata-rata lama Menginap tamu Asing mencapai 2,12 atau turun 0,91 persen dibandingkan bulan sebelumnya,” imbuh Dadang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper