Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kuartal II/2021, Bank Indonesia Prediksi Kegiatan Usaha Jateng Meningkat

Peningkatan kegiatan usaha sektor industri pengolahan diperkirakan masih berlanjut pada triwulan II 2021, sebagaimana terindikasi dengan perkiraan Prompt Manufacturing Index (PMI) yang berada pada fase ekspansi sebesar 51,45 persen (PMI > 50).
Saldo bersih tertimbang kegiatan usaha dan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah./Bank Indonesia
Saldo bersih tertimbang kegiatan usaha dan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah./Bank Indonesia

Bisnis.com, SEMARANG - Kegiatan usaha pada triwulan II/2021 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Optimisme ini tercermin dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) perkembangan kegiatan usaha yang sebesar 37,99 persen.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah Pribadi Santoso mengatakan, selain kecenderungan kegiatan usaha yang membaik, optimisme responden juga didukung oleh implementasi kebijakan pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah serta harapan terhadap program vaksinasi yang sudah mulai dilakukan pada awal 2021.

"Optimisme peningkatan kegiatan usaha terutama terjadi pada responden sektor industri pengolahan (SBT 10,84 persen), sektor pertanian (SBT 7,21 persen), sektor perdagangan (SBT 7,17 persen), sektor konstruksi (SBT 4,02 persen), sektor jasa keuangan (SBT 2,65 persen) dan sektor informasi dan komunikasi (SBT 2,23 persen)," katanya Selasa (13/4/2021).

Lebih lanjut, peningkatan kegiatan usaha sektor industri pengolahan diperkirakan masih berlanjut pada triwulan II 2021, sebagaimana terindikasi dengan perkiraan Prompt Manufacturing Index (PMI) yang berada pada fase ekspansi sebesar 51,45 persen (PMI > 50).

Meningkatnya kegiatan dunia usaha, juga diikuti dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja pada triwulan II 2021 (SBT 4,05 persen). Seiring dengan peningkatan kegiatan usaha tersebut, pelaku usaha juga berencana untuk menerapkan peningkatan harga pada triwulan II 2021.

Dia menambahkan, selain ekspektasi akan peningkatan daya beli masyarakat, peningkatan harga juga didorong oleh harga jual yang relatif tidak banyak berubah sepanjang tahun 2020.

"Walaupun harga penjualan diperkirakan akan meningkat dan mampu membantu memperbaiki kondisi keuangan perusahaan, hal tersebut belum dapat mendorong kegiatan investasi yang diproyeksikan masih menurun meski tidak sedalam dibandingkan triwulan sebelumnya," ujarnya.

Menurutnya, responden cenderung memilih untuk memaksimal pemanfaatan sumberdaya yang telah dimiliki dan mendorong pemanfaatan kapasitas produksi secara optimal.

Sejalan dengan hal tersebut, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) di Jawa Tengah pada triwulan I 2021 juga diindikasikan telah menunjukkan arah pemulihan meski masih berada pada fase kontraksi.

Hal ini tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar -6,70 persen. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor konstruksi tercatat mengalami peningkatan pada triwulan laporan dengan SBT sebesar 0,29 persen setelah sepanjang tahun 2020 mengalami kontraksi.

Sektor pengadaan listrik, jasa keuangan, dan jasa pendidikan juga terpantau mengalami peningkatan pada triwulan laporan dengan SBT masing-masing sebesar 0,10 persen; 1,80 persen; dan 0,37 persen. Sementara dari sektor utama, arah perbaikan kegiatan usaha diindikasikan oleh sektor industri pengolahan yang menunjukkan kontraksi yang semakin kecil dibandingkan periode awal pandemi (SBT -2,89 persen). Kontraksi sektor industri pengolahan juga terkonfirmasi oleh Prompt Manufacturing Index (PMI) sebesar 44,58 persen (kontraksi <50 persen).

"Walaupun nilai PMI masih dibawah 50 persen, nilai PMI memiliki kecendrungan yang semakin baik. Berdasarkan kapasitas produksi, rata-rata kapasitas produksi pada triwulan I 2021 terindikasi mengalami peningkatan menjadi 71,15 persen, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 70,42 persen atau di atas rata-rata kapasitas produksi pada tahun 2020 (SBT 68,95 persen)," jelasnya.

Kendati demikian lanjutnya, kapasitas produksi tersebut masih di bawah rata-rata pada tahun 2019 (periode sebelum pandemi) dengan SBT sebesar 72,42 persen. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kapasitas produksi perusahaan belum mencapai kapasitas normal perusahaan sebelum periode pandemi.

Hal ini juga sejalan dengan penyerapan tenaga kerja pada triwulan I 2021 yang tercatat mengalami penurunan sebesar SBT -0,20 persen, lebih baik dari triwulan sebelumnya yang menurun sebesar SBT -9,01 persen.

"Kondisi ini berimplikasi pada masih rendahnya penyerapan tenaga kerja oleh responden, karena kapasitas produksi yang masih relatif rendah dibandingkan dengan masa sebelum pandemi," tuturnya.

Sejalan dengan kegiatan usaha secara umum yang masih terkontraksi, kondisi keuangan responden juga cenderung menurun. Hal tersebut diindikasikan oleh kemampuan perusahaan mencetak laba (rentabilitas) pada triwulan I 2021 yang tercatat mengalami kontraksi dengan SBT sebesar -4,18 persen.

Rentabilitas yang rendah umumnya dipengaruhi oleh ketidakmampuan responden untuk melakukan penyesuaian harga jual secara optimal. Hal ini mengingat peningkatan biaya secara relatif tidak dapat dibebankan kepada konsumen karena saat ini daya beli masyarakat masih rendah dan dapat menekan permintaan.

"Kecenderungan penyesuaian harga jual pada triwulan laporan hanya sebesar SBT 6,05 persen, meski lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (SBT 5,71 persen), namun masih di bawah rata-rata peningkatan pada periode sebelum pandemi," katanya. (k28)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Alif Nazzala R.
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper