Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Binus Optimistis Ekonomi Tumbuh 4 Persen, Ini Penjelasannya

Target pertumbuhan ekonomi 4 persen dinilai realistis.
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) mengelola 43 pelabuhan umum di tujuh provinsi Indonesia, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. /Pelindo III
PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) mengelola 43 pelabuhan umum di tujuh provinsi Indonesia, yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. /Pelindo III

Bisnis.com, SURABAYA - Kalangan ekonom meyakini ekonomi Indonesia mampu tumbuh positif 4 persen pada tahun ini dengan sejumlah prasyarat.

Ekonom dari Universitas Bina Nusantara (Binus), Moch. Doddy Ariefianto mengatakan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi dikisaran 4 persen maka setengah atau paling sekitar tiga perempat dari jumlah usaha yang ada sudah bisa kembali normal. 

Dia mengatakan, saat ini semua sektor usaha terdampak pandemi Covid-19. Bahkan sektor usaha seperti kafe, restoran, dan perhotelan serta wisata terdampak lebih buruk. Namun, lanjutnya, jika setengah atau seperempat saja kondisi usaha mereka bisa kembali normal, hal itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini. 

“Perusahaan di Indonesia yang terdampak itu seperti rumah makan, dan hotel yang okupansinya sekarang turun menjadi 30 persen bahkan ada yang tidak sampai 5 persen kalau usaha itu saja bisa kembali normal setengahnya, atau tiga per empat atau dua per tiganya saja, saya optimistis ekonomi kita bisa tumbuh 4 persen,” jelasnya dalam LPS Virtual Workshop Jatim sesi II, Jumat (26/2/2021).

Dia mengatakan keyakinan itu didasari oleh adanya rantai pasok sebuah komoditas atau barang. Sebagai contoh, sebuah hotel atau resto pasti membutuhkan deterjen, pembersih untuk perawatan kamar, bahan baku makanan untuk restoran yang diperoleh dari produsennya masing-masing.

“Nah itu akan berdampak, dan daya beli masyarakat akan meningkat juga,” katanyaSelain dari sisi sektor usaha, juga adanya stimulus dari pemerintah akan membantu menjaga agar ekonomi tidak jatuh terlalu dalam.

Contohn yang masih terus berjalan adalah adanya restrukturisasi kredit, dan baru-baru ini pemerintah mengeluarkan kebijakan bebas PPnBM untuk mobil dengan kapasitas di bawah 1.500 cc guna menggairahkan pasar.

“Saya yakin kementerian, OJK, BI, dan LPS sudah memikirkan dampaknya, tapi semua stimulus butuh timing yang pas supaya tidak sia-sia. Kalau stimulus diberikan lalu direm lagi, semua akan sia-sia karena orang sudah beli persediaan, tau-tau di rem nggak bisa jualan lagi,” jelasnya.

Bahkan, ketika stimulus sudah diberikan mulai untuk sektor usaha sampai bantuan tunai untuk masyarakat, tetapi dengan timing yang tidak tepat bisa berdampak pada kembalinya lonjakan kasus Covid-19.

“Kalau kita terburu-buru beri stimulus, lalu pusat belanja ramai, dan melonjak lagi kasusnya, karena vaksinasi belum selesai, lalu ekonomi direm lagi, kan upaya untuk dorong daya beli ini jadi mubazir,” ujarnya.

Doddy juga menilai saat ini pemerintah juga terus memikirkan upaya yang seimbang baik untuk ekonomi dan kesehatan supaya berjalan bersama.

“Bukan kita mementingkan ekonomi dan kesehatan, tapi keduanya harus jalan, kalau berjalan lancar stimulus akan membantu,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper