Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Okupansi Mal di Surabaya Bakal Makin Tertekan

Pada 2020, terdapat pasokan ruang ritel baru dari 2 proyek yakni Lagoon Avenue Sungkono (Laves) milik PP Properti, dan Pakuwon City Mall - East Coast Center 2. Dengan begitu, total pasokan ruang mal di Surabaya hingga 2020 telah mencapai 1,2 juta m2.
Ilustrasi. /Bisnis-Himawan L Nugraha
Ilustrasi. /Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, SURABAYA - Tingkat okupansi mal atau pusat perbelanjaan di Surabaya tahun ini diprediksi masih akan tertekan akibat bertambahnya pasokan ruang ritel baru 2021 - 2022 serta imbas dari pandemi Covid-19.

Senior Associate Director Research Colliers International Ferry Salanto mengatakan pada tahun lalu saja, tingkat hunian pusat perbelanjaan di Surabaya mengalami penurunan 2 persen sehingga okupansinya menjadi 75 persen.

“Meski pembatasan sosial saat itu sudah lebih longgar 6 bulan, tapi protokol kesehatan dan pembatasan jam operasional masih diberlakukan, lalu imbas pandemi dan Pasok baru ini membuat rata-rata tingkat hunian turun 2 persen jika dibandingkan 2019,” jelasnya, Jumat (8/1/2021).

Dia mengatakan pada 2020, terdapat pasokan ruang ritel baru dari 2 proyek yakni Lagoon Avenue Sungkono (Laves) milik PP Properti, dan Pakuwon City Mall - East Coast Center 2. Dengan begitu, total pasokan ruang mal di Surabaya hingga 2020 telah mencapai 1,2 juta m2.

“Meski pandemi, saat ini pun masih terdapat 5 proyek pusat perbelanjaan yang sedang dalam tahap konstruksi. Diperkirakan 5 pusat perbelanjaan ini akan menambah total pasokan hingga 110.000 m2 hingga 2022,” jelasnya.

Ferry menambahkan wilayah Surabaya Barat - Selatan nantinya masih akan menjadi kontributor pemasok ruang ritel baru di Surabaya. Kondisi ini sejalan dengan pengembangan tempat tinggal dan kemudahan aksesibilitas yang menjadi daya tarik pengembangan mal.

Namun begitu, kondisi yang perlu menjadi perhatian para pengelola mal yakni strategi tarif sewa maupun biaya service charge yang dibebankan kepada para tenant. Tahun lalu, pengelola mal masih menahan biaya pemeliharaan guna menjaga tenant tetap bertahan di tengah pandemi.

“Namun ini beberapa pengelola mulai mengatur kembali tarif komposisi penyewa,” imbuhnya.

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim, Sutandi Purnomosidi mengatakan meski pandemi pengelola mal sangat optimistis dengan kondisi pasar dan daya beli masyarakat sehingga tidak ragu untuk berinvestasi dalam pengembangan mal baru.

“Melihat masih besarnya potensi kunjungan mal dan ritel, kami optimistis membuka mal baru di wilayah Surabaya Timur untuk melengkapi kawasan Superblok Pakuwon City.

Bukan hanya pengelola mal, tetapi juga para tenant punya keyakinan ekspansi untuk menggerakkan kembali ekonomi,” katanya.

Hanya saja, saat ini aturan pembatasan sosial di wilayah Jawa - Bali yang rencananya dilakukan 11 Januari mendatang dinilai sangat memberatkan. Pasalnya, saat pemberlakukan PSBB 2020, tingkat kunjungan drop sampai ke angka 10 persen, dan kini sudah membaik menjadi 70 persen.

Pembatasan tersebut, katanya, akan kembali menghambat laju ekonomi Jatim yang mulai bergeliat. Bahkan, kebijakan yang diambil rata seluruh Jatim, padahal untuk wilayah Surabaya dan Malang sendiri saat ini sudah bukan daerah zona merah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper