Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Alas Kaki Jatim Hanya 30 Persen dari Kapasitas

Di pasar domestik, permintaan/penjualan sepatu/alas kaki menurun 50 – 60 persen sejak awal pandemi.
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD
Pekerja pabrik menyelesaikan proses produksi sepatu. /Ilustrasi-Bisnis.com-WD

Bisnis.com, SURABAYA – Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jawa Timur mengungkapkan tren produksi alas kaki pada semester II/2020 hanya mampu mencapai 10 persen – 30 persen dari kapasitas produksi akibat penurunan permintaan pasar domestik dan ekspor.

Ketua Aprisindo Jatim, Winyoto Gunawan mengatakan saat ini perajin alas kaki belum bisa menggenjot produksinya meski kegiatan perekonomian sudah mulai berjalan dan sudah tidak ada pembatasan sosial berskala besar.

“Perajin belum berani memproduksi banyak karena kondisi pasar masih lesu. Baik di perusahaan sepatu atau toko-toko, posisi barangnya masih banyak stok belum terjual semua,” katanya, Selasa (6/10/2020).

Dia mengatakan di pasar domestik, permintaan/penjualan sepatu/alas kaki menurun 50 – 60 persen sejak awal pandemi. Bahkan ketika pemerintah berencana membuka sekolah, penjualan sempat naik tetapi drop lagi lantaran sekolah tatap muka batal dilakukan karena masih pandemi.

“Termasuk saat Lebaran, juga kurang ada penjualan karena saat itu Jatim juga PSBB,” imbuhnya.

Namun, saat ini sudah mulai ada penjualan tetapi tidak banyak terutama untuk alas kaki fesyen dan untuk kebutuhan olahraga. Menurutnya, pembelian alas kaki oleh konsumen tersebut juga karena faktor kondisi sepatu yang dimiliki sudah rusak.

Sementara, untuk pasar ekspor alas kaki mengalami penurunan permintaan 20 – 30 persen pada semester ini. Hal ini disebabkan masih adanya negara-negara yang melakukan lockdown.

“Sebenarnya pada semester I/2020, kondisi pasar ekspor kita masih bagus. Itu karena dampak dari order tahun lalu dan dikirim pada semester I. Namun di semester II ini order luar negeri sangat sedikit, itupun untuk merek-merek tertentu seperti Nike dan Rebook,” ujarnya.

Winyoto menambahkan, permintaan pasar ekspor di semester II dari Eropa dan Amerika Serikat ini setidaknya akan mendongkrak kinerja ekspor pada awal tahun depan yakni pengiriman sampai Februari 2021.

“Kalau ekspor kan tidak hari ini pesan langsung dikirim, tetapi merupakan orderan semester sebelumnya. Namun yang repot, ketika ada masalah seperti Covid-19 ini, buyer bisa tiba-tiba membatalkan/menunda pengiriman sehingga ada risiko besar ketika barang sudah diproduksi,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper