Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Strategi Gudang Garam (GGRM) di Era Pandemi

Total volume penjualan Gudang Garam sendiri pada semester I/2020 juga mengalami penurunan 8,8 persen menjadi 42,5 miliar batang.
Warga melintas di depan kantor pusat pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk di Kediri, Jawa Timur, Selasa (30/8)./Antara-Prasetia Fauzani
Warga melintas di depan kantor pusat pabrik rokok PT Gudang Garam Tbk di Kediri, Jawa Timur, Selasa (30/8)./Antara-Prasetia Fauzani

Bisnis.com, SURABAYA - PT Gudang Garam Tbk. tahun ini hanya akan memastikan kualitas dan ketersediaan produk di pasar tetap terjaga termasuk mempertahankan posisi keuangan yang sehat di saat kondisi masih pandemi Covid-19.

Direktur Gudang Garam, Heru Budiman mengatakan langkah tersebut diambil perseroan lantaran di penghujung tahun lalu Gudang Garam telah mengantisipasi kemungkinan terjadinya penurunan volume penjualan akibat kenaikan tarif cukai atau harga eceran tertinggi (HET) 2020.

"Kemudian ada pandemi yang tantangannya menjadi semakin berat karena daya beli masyarakat tertekan. Jadi kami tahun ini terus bersiaga dan memantau perkrmbangan situasi serta fokus pada kualitas dan pasokan," jelasnya dalam Paparan Publik melalui meeting Zoom BEI Jatim, Senin (24/8/2020).

Berdasarkan riset pasar Nielsen, melemahnya permintaan rokok terus berlangsung dengan adanya penurunan volume penjualan industri secara keseluruhan sebesar 12,8 persen menjadi 110,4 miliar batang.

Volume penjualan sigaret kretek mesin full flavor (SKM FF) turun 7,2 persen menjadu 54,6 miliar batang dan masih merupakan segmen terbesar yang mencakup 49,5 persen pangsa pasar.

Volume penjualan sigaret kretek mesin rendah nikotin (SKM NLT) turun 23,1 persen menjadi 30,4 miliar batang. Sedangkan volume sigaret kretek tangan (SKT) turun 5,1 persen menjadi 20,3 miliar batang.

Sementara untuk kategori terkecil, yakni non kretek atau rokok putih (SPM) volume penjualannya turun 25,9 persen menjadi 5 miliar batang.

Heru mengatakan total volume penjualan Gudang Garam sendiri pada semester I/2020 juga mengalami penurunan 8,8 persen menjadi 42,5 miliar batang. Kategori SKM FF turun 6,6 persen menjadi 35,8 miliar batang, dan LTN mengalami penurunan 45,6 persen menjadi 2,3 miliar batang.

"Sedangkan SKT merupakan satu-satunya segmen yang mencatatkan pertumbuhan 7,5 persen yakni menjadi 4,5 miliar batang," ujarnya.

Adapun pertumbuhan pendapatan perseroan pada periode semester I ini naik 1,7 persen atau mencapai Rp53,7 triliun. Peningkatan pendapatan ini lebih disebabkan oleh adanya kenaikan harga dan penurunan volume.

Sementara marjin laba bruto turun dari 18,9 persen menjadi 16,1 persen akibat kenaikan beban cukai sebesar 6,7 persen menjadi Rp35,8 triliun.

"Beban cukai mencapai 79,5 persen dari total biaya pokok penjualan pada semester I/2020 dibandingkan semester I/2019 yang hanya 78,4 persen," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper