Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Corona Jawa Timur: 1.185 Pasien dalam Pengawasan Meninggal, Ini kata Pakar

Rasio pasien positif Covid-19 yang meninggal di Provinsi Jawa Timur mencapai 767 orang atau sekitar 7,47 persen dari keseluruhan kasus positif virus corona penyebab Covid-19 di provinsi tersebut yakni sebanyak 10.263 kasus.
Sebaran kasus Covid-19 di Jawa Timur/Twitter
Sebaran kasus Covid-19 di Jawa Timur/Twitter

Bisnis.com, JAKARTA - Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Jawa Timur (Jatim) mencatat terdapat 1.185 atau sekitar 10,96 persen pasien dalam pengawasan atau PDP yang meninggal dari keseluruhan PDP yang berjumlah 10.816 orang.

Berdasarkan data http://infocovid19.jatimprov.go.id pagi ini, rasio pasien positif Covid-19 yang meninggal di Provinsi Jawa Timur mencapai 767 orang atau sekitar  7,47 persen dari keseluruhan kasus positif  virus corona penyebab Covid-19 di provinsi tersebut yakni sebanyak 10.263 kasus.

Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menuturkan PDP tersebut dominan memiliki penyakit penyerta dan berusia di atas lima puluh tahun.

“Penyakit penyerta itu biasanya diabates, riwayat stroke dan jatung. Apalagi ada juga gagal ginjal dan kelainan paru,” kata Hermawan melalui pesan suara kepada Bisnis, Jakarta, pada Kamis (25/6/2020).

Dengan demikian, menurut Hermawan, penyakit penyerta itu memiliki potensi tinggi untuk menjadi radang paru.

“Rata-rata karena ada faktor radang paru yang menjadi ciri khas Covid-19 sering mendiagnosis sebagai PDP yang pada akhirnya sering bisa meninggal karena adanya komorbid tadi,” kata dia.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengusulkan kepada Pemprov Jatim agar melakukan langkah pendekatan kepada keluarga yang salah satu anggota keluarganya terpapar Covid-19.

Menurut Doni, langkah tersebut dilakukan agar tidak timbul klaster baru yakni klaster jenazah. Diketahui beberapa waktu terakhir di Jatim ini banyak terjadi pengambilan paksa jenazah Covid-19 oleh pihak keluarga yang akibatnya berdampak pada penularan penyakit.

"Perlu ada langkah untuk memutus mata rantai, perlu ada upaya maksimal. Setiap ada pasien yang sudah berisiko tinggi, maka perlu ada pendekatan ke keluarganya sehingga mereka tidak gegabah ambil alih jenazah yang akan timbul kasus baru," kata Doni saat Rakor bersama Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Rabu (24/6/2020).

Dia mengatakan perlu ada sosialisasi dan pemahaman kepada pihak keluarga karena jika ada keluarga yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan akan sangat berbahaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler