Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kadin Jatim Tawarkan Investasi Agrobisnis ke Jepang

Jepang kebanyakan investasi di manufaktur atau otomotif, tapi sebetulnya mereka punya teknologi yang bisa diterapkan dalam pengembangan sektor agrobisnis.
Jepang memiliki potensi investasi agrobisnis selain industri otomotif./Antara
Jepang memiliki potensi investasi agrobisnis selain industri otomotif./Antara

Bisnis.com, SURABAYA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur menawarkan investasi sektor agrobisnis kepada pengusaha Jepang melalui Konjen Jepang di Surabaya.

Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, mengatakan di saat kondisi pandemi Covid-19 seperti ini usaha bidang agro dinilai sangat potensial, sehingga potensi tersebut perlu ditawarkan kepada Jepang yang selama ini banyak menggarap otomotif.

“Sebelumnya Jepang kebanyakan investasi di manufaktur atau otomotif, tapi sebetulnya mereka punya teknologi yang bisa diterapkan dalam pengembangan sektor agrobisnis karena kondisi seperti sekarang hasil agro sangat dibutuhkan,” katanya, Senin (22/6/2020).

Wakil Ketua Umum Bidang Investasi Kadin Jatim Turino Junaidi menambahkan selain sektor agrobisnis, sektor lain yang cukup potensial dikembangkan di Jatim yakni sektor kesehatan dan logistik, di samping itu juga pemerintah juga sedang mengembangkan proyek strategis nasional melalui Perpres No.80 Tahun 2019.

“Kami akan menawarkan skema kerja sama dengan pengusaha lokal untuk menjadi mitra. Tawaran ini dilatarbelakangi karena sulitnya produk pertanian Jatim masuk ke pasar Jepang karena banyaknya protokol yang harus dipenuhi. Jika ada pengusaha Jepang yang mau bermitra akan mudah tembus,” katanya.

Turino menambahkan skema kerja sama mitra ini juga akan meningkatkan produktivitas komoditas yang ditanam mengingat hampir seluruh komoditas pertanian di Jatim produktivitasnya masih rendah dibanding negara lain karena kurangnya penerapan teknologi pertanian.

"Di sini butuh teknologi pertanian untuk meningkatkan produksi. Misal produksi kentang Jatim masih sekitar 8 ton/ha, di China produksinya sudah mencapai 15 ton,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Peni Widarti
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper