Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSBB Surabaya. 40 Persen Warga Tak Patuh, RS Kekurangan Fasilitas

Kepatuhan warga terhadap PSBB tahap pertama (27 April-11 Mei) itu sekitar 60 persen, sedangkan yang tidak patuh sekitar 40 persen.
Petugas Dishub meminta kendaraan untuk berputar balik karena tidak berkepentingan saat ingin memasuki Kota Surabaya di Bundaran Waru, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (10/5/2020). Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya yang meliputi, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik diperpanjang sampai 25 Mei 2020 karena penyebaran virus Corona di Surabaya Raya dinilai masih massif./Antara-Umarul Faruq
Petugas Dishub meminta kendaraan untuk berputar balik karena tidak berkepentingan saat ingin memasuki Kota Surabaya di Bundaran Waru, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (10/5/2020). Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya Raya yang meliputi, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Gresik diperpanjang sampai 25 Mei 2020 karena penyebaran virus Corona di Surabaya Raya dinilai masih massif./Antara-Umarul Faruq

Bisnis.com, SURABAYA - Lonjakan pasien positif terinfeksi corona (Covid-19) di Surabaya tidak diiringi dengan peningkatan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.

Data per Minggu (10/5/2020), total kasus pasien terkonfirmasi positif di Jawa Timur 1.491 orang atau bertambah 83 orang dibandingkan sehari sebelumnya. Pertambahan sebanyak 41 orang dari Surabaya sehingga total positif di wilayah tersebut 708 orang.

Wakil Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan kepatuhan warga terhadap PSBB tahap pertama (27 April-11 Mei) itu sekitar 60 persen, sedangkan yang tidak patuh sekitar 40 persen.

"Untuk itu dalam PSBB tahap kedua ini pihaknya bakal lebih tegas melakukan penegakan hukum," jelasnya, Senin (11/4/2020).

Seperti diketahui, pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahap kedua mulai diberlakukan pada Selasa-Senin (12-25/5/2020).

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya bakal melibatkan Satpol PP, Linmas, camat dan lurah turun langsung untuk menyadarkan masyarakat agar taat protokol kesehatan.

Adapun penduduk di Surabaya berdasar NIK pada 2015 sudah sebanyak 2,95 juta jiwa, sehingga saat ini penduduk di Kota Pahlawan bisa lebih dari 3 juta orang. 

16 Kluster Besar

Adapun persebaran corona di Surabaya saat ini diklaim masih dalam 16 klaster (kelompok). Pemkot menjelaskan tidak ada kluster baru meski cakupan orang yang terkait virus ini membesar.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menjelaskan 16 klaster tersebut di antaranya klaster luar negeri, klaster area publik sebanyak sembilan, klaster Jakarta, klaster tempat kerja berjumlah tiga, klaster seminar dan pelatihan ada dua, klaster perkantoran berjumlah dua dan klaster asrama.

"Ketika ada warga yang positif maka belum tentu orang tersebut masuk dalam kategori klaster baru," jelasnya, Minggu (10/5/2020).

Ia mencontohkan,"Seperti yang terjadi di PT HM Sampoerna itu bukanlah klaster baru."

Dari ke-16 kluster, jumlah pasien per tanggal 9 Mei 2020 yakni orang dalam pemantauan (ODP) dengan total 2.957 orang terdiri dari 153 orang yang rawat inap, 587 orang yang rawat jalan dan yang sudah selesai dipantau sebanyak 2.217 orang.

"Kalau pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 1.540 orang dari situ terbagi rawat jalan 273 orang dan rawat inap 663 orang. Sedangkan yang sudah terpantau 601 orang dan meninggal 3 orang," katanya.

Adapun dari pasien positif 667 orang, 343 orang di antaranya tengah dirawat inap dan 144 orang rawat jalan. Sedangkan pasien sembuh mencapai 100 orang dan yang meninggal jumlahnya 80 orang.

Risma menjelaskan orang dalam risiko (ODR) totalnya 4.818 orang terdiri dari 210 masih dipantau, selesai dipantau 4.548 orang, Penduduk Migran Indonesia (PMI) selesai dipantau 11 orang dan PMI masih dipantau 49 dan PMI dalam pantauan jumlahnya 49.

"Kita telusuri terus. Misal si A ini kemana, A berjabat tangan dengan B, lalu kemana lagi itu terus kita cari. Makanya ada jumlah 4.818 itu. Kita terus awasi," ujarnya.

Merujuk data Humas Pemkot Surabaya, per Sabtu (9/5/2020) telah dilakukan tes cepat (rapid test) ke 4.250 orang dan 356 orang reaktif dan dilanjutkan tes swab.

Adapun total tes swab yang dilakukan Pemkot Surabaya 1.083 orang sejak Maret-Mei. Dengan rincian 230 orang di Maret-April dan 853 orang selama 8 hari terakhir Mei.

Dari 1.083 orang tes swab, 278 hasilnya diketahui, 68 positif dan sisanya negatif. Hasil tes 805 orang lain masih menunggu.

Seluruh tes swab itu dibiayai Pemkot Surabaya, dengan besaran biaya Rp1,56 juta per orang.

Over Kapasitas

Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kota Surabaya M. Fikser di Surabaya, Minggu (10/5/2020), mengatakan disiapkan sekitar 120 tempat tidur untuk mendukung penambahan kapasitas ruang rawat pasien Covid-19 di rumah sakit swasta.

Selain itu, Fikser mengatakan, Pemerintah Kota Surabaya menambah jumlah kamar perawatan pasien di rumah sakit umum daerah.

Khusus untuk RSUD dr. M Soewandhie, pemerintah kota mendukung penambahan 36 kamar rawat pasien sehingga total ada 58 kamar yang tersedia.

"Sedangkan RSUD Bhakti Dharma Husada dari 12 kamar akan ditambahkan 52 kamar sehingga total akan ada 64 kamar," kata Fikser.

Ia menambahkan, Pemerintah Kota Surabaya juga menyiapkan 265 kamar hotel untuk ruang isolasi setelah ruang perawatan pasien Covid-19 di seluruh rumah sakit rujukan terisi melampaui kapasitas.

Menurut data pemerintah, jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit terkait penularan virus corona sebanyak 798 orang di Surabaya, sedangkan jumlah tempat tidur perawatan di ruang-ruang isolasi pasien di rumah sakit di Surabaya hanya 403.

"Karena ruang isolasi itu tak hanya digunakan untuk merawat pasien positif Covid-19, tapi juga ODP (orang dalam pemantauan) dan PDP (pasien dalam pengawasan) juga harus dimasukkan ke dalam ruang isolasi," kata Fikser.

Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Kota Surabaya dr. Sukma Sahadewa di Surabaya, Senin (11/5/2020) mengusulkan gedung-gedung aset yang dimiliki Pemprov Jatim dan Pemkot Surabaya bisa digunakan untuk ruang isolasi.

Ia mencontohkan Asrama Haji, Islamic Centre atau tempat lain yang bisa dibuat untuk mengisolasi pasien-pasien terpapar Covid-19.

Ledakan orang terinfeksi corona di Surabaya nyata memunculkan problem kekurangan ruang isolasi. Kejadian ini juga berimbas terhadap kekurangan sumber daya medis dan paramedis.

Ruangan bisa disediakan di bangunan yang sudah ada, tetapi tenaga medis, dokter dan perawat, tentu sulit bila 'diadakan' dalam waktu sekejap. Mengalihkan tenaga di pelayanan dasar (fasilitas tingkat I) ke rumah sakit rujukan bisa saja dilakukan, tetapi ini artinya akan ada banyak masyarakat yang memerlukan layanan dasar tak tertangani bila semua difokuskan penanganan corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper